Portal DIY

Para Biarawati dari Lereng Merapi Pun Turut Jualan di Pasar Jembar

1029
×

Para Biarawati dari Lereng Merapi Pun Turut Jualan di Pasar Jembar

Sebarkan artikel ini
Para Biarawati dari Lereng Merapi Pun Turut Jualan di Pasar Jembar
Sr Adriana PPYK sambil duduk (kanan) menawarkan dagangannya di selasar Pasar Jembar (Ist)

YOGYAKARTA – Di tengah riunya Pasar Jembar, tempat orang menggelar produk seni, kuliner hingga marchandise dari berbagai komunitas UMKM, kaum relegius pun turut menggelar dagangannya di lapak jualan Pasar Jembar  di Jogja National Museum (JNM) Yogyakarta.

Para biarawati itu adalah Suster-suster dari Putri Putri Yesus Kristus (PPYK) Biara Kalikuning Kecamatan Cangkringan, Sleman.

Dari biaranya di Lereng Merapi, mereka membawa dagangannya berupa VCO (virgin coconut oil) minyak kelapa murni dari Flores dan madu yang diambil dari Hutan Bajawa Nusa Tenggara Timur (NTT). “Karena Suster-suster PPYK sebagian berasal dari Bajawa, Ende dan sekitarnya,” tutur Sr Adriana PPYK saat ditemui di lapak jualannya, Rabu (24/4/2024).

Produk jualannya yang didasarkan bagi pengunjung Pasar Jembar di Pameran Tabon itu ada pula jenis jamu-jamuan, seperti kunyit putih, temulawak, jahe yang sudah dicampur gula maupun tanpa pemanis. “Aneka jenis jamu ini adalah bikinan para suster sendiri. Kami sedang mengembangkan untuk mendapat ijin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dari Dinas Koperasi UMKM, untuk bisa masuk ke pasaran,” katanya.

Para biarawati ini biasanya tiap Minggu jualan kepada umat yang habis mengikuti Misa di Gereja Nandan, Pakem, dan Gereja Pringwulung. “Biasanya kami ada snack, tapi di Pasar Jembar ini belum sempat dibuat. Jadi, sekarang jualan utamanya hanya jamu,” sebut Sr Adriana.

Produksi di Biara Kalikuning, dulu sering membuat kue – kue kering seperti nastar, cookies, atau kastangel dengan rasa keju dan coklat. Para biarawati ini juga membikin sirup markisa yang diolahnya sendiri. Mulai dari bahan sampai pengemasan produk adalah mereka sendiri yang mendesain. Termasuk hasil karya suster dari NTT, biasa dikirim ke Yogya berupa produk minyak VCO dan madu.

Suster kelahiran Batam ini baru lima tahun bergabung di Kongregasi PPYK. Di biara ia bersama 17 biarawati dan calon Suster. Yang sudah berkaul ada tujuh Suster, dan sisanya calon Suster. Sejak erupsi Merapi lalu kami tidak lagi memproduksi jenis kue lagi,” terangnya.

Beralih usaha jamu-jamuan, itu dijalankan sejak masa pandemi Covid-19 lalu. “Ketika pendemi Covid, kita jualan wedang uwuh dan wedang rempah,” ucapnya seraya menambahkan, usahanya ini dikembangkan dan untuk jenis jamu diproduksi sampai sekarang.

Menurutnya banyak konsumen merasa terbantu dengan produk jamu jualannya. Pesanan biasanya datang dari kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta dan Surabaya. Di samping jamu, mereka juga banyak yang memesan wedang uwuh dan wedang rempah.

Di biara ini setelah beribadah pagi, para Suster rutin berkarya. Ada yang berkebun, bersih – bersih biara, pelihara ternak ayam, bebek dan ikan. Ada pula yang memasak dan berbagai macam tugas lainnya.

Di samping kegiatan di biara, ada pula yang berkarya ke lapangan, seperti di Pasar Jembar ini. “Kami jualan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari di biara, untuk beli lauk, sayur dan beras,” ucapnya. (bams)