Portal Jabar

Pabrik Sepatu BATA Tutup di Purwakarta, Penyebab Utama Manajemen Krisis dan Reputasi

Redaksi
1313
×

Pabrik Sepatu BATA Tutup di Purwakarta, Penyebab Utama Manajemen Krisis dan Reputasi

Sebarkan artikel ini
PABRIK SEPATU BATA

JAWA BARAT — PT Sepatu Bata Tbk atau yang dikenal sebagai BATA memutuskan untuk menutup produksi di Pabrik Purwakarta. BATA dikenal sebagai produk sepatu yang telah berdiri selama lebih dari 93 tahun dan akhirnya memutuskan untuk menutup operasional pabrik di Purwakarta, Jawa Barat pada 30 April 2024.

Menurut Corporate Secretary BATA bahwa sebenarnya perusahaan telah melakukan berbagai upaya selama 4 (empat) tahun terakhir ditengah terjangan kerugian yang dialami, terutama pada saat Pandemik COVID-19.

Diketahui bahwa permintaan produk BATA di pabrik Purwakarta mengalami penurunan yang drastis sehingga menyebabkan perusahaan tidak mampu untuk membantu kembali operasional perusahaan.

Ketidakmampuan perusahaan dalam menghadapi krisis ini menjadi penyebab utama sekaligus tantangan bagi manajemen untuk dapat menghadapi krisis secara optimal. Manajemen krisis yang terjadi diperlukan untuk membantu mengelola dan mengurangi kerugian finansial dengan merespons cepat dan efektif.

Berdasarkan informasi dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan bahwa “Atas penurunan yang drastis dan keputusan yang telah ditentukan, Perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta”, Jumat (3/5).

Manajemen krisis yang terjadi pada BATA di Pabrik Purwakarta berimbas kepada ratusan karyawan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Diketahui sebanyak 233 karyawan terkena PHK.

Menurut Fardhal Virgiawan Ramadhan, seorang Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Paramadina sekaligus sebagai pengamat Digital Marketing mengatakan bahwa dengan tutupnya pabrik BATA di Purwakarta dikarenakan kurang lincahnya manajemen krisis dan reputasi, sekaligus kurangnya transformasi digital perusahaan.

Sangat disayangkan bahwa pabrik BATA di Purwakarta terpaksa dilakukan penutupan akibat dari pembengkakan biaya dan beban operasional yang besar. Padahal, pabrik sepatu BATA di Purwakarta sangat besar dan produk sepatu BATA dikenal awet.

Baca Juga:  Perlunya Lemhanas Dilibatkan dalam Rekrutmen SDM BPIP

“Salah satu penyebab dari penutupan pabrik sepatu BATA di Purwakarta dikarenakan adanya perubahan pasar (market changes) dan kurangnya digitalisasi sehingga berdampak terhadap krisis dan reputasi perusahaan,” kata Fardhal, Selasa (14/5).

Fardhal menyatakan bahwa Sepatu BATA mengalami manajemen krisis dan reputasi berupa digital disruptsi dan branding, terutama kini banyak model bisnis serupa yang baru, fresh dan lebih mudah dijangkau bagi konsumen.

Sebagai praktisi sekaligus akademisi, Fardhal juga menyebutkan “Manajemen krisis dan reputasi yang terjadi oleh Sepatu BATA di Pabrik Purwakarta berhubungan dengan internally driven issue dan externally driven issue,” ujarnya.

Menurutnya, internally driven issue menjadi sebuah strategi yang harus dihadapi oleh perusahaan untuk masa depannya dan memiliki sifat yang berkelanjutan atau jangka panjang. Hal ini sesuai bahwa pabrik Sepatu BATA di Purwakarta telah dipertahankan selama 4 (empat) tahun sebelum akhirnya ditutup. Adapun, dalam externally driven issue berhubungan dengan perubahan pasar (market changes) yang sangat cepat dan menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh Sepatu BATA.

Meskipun demikian, terdapat hal yang dapat dipelajari dari Sepatu BATA bahwa meskipun mereka memiliki nama brand atau image yang besar dan ternama, tetapi mereka harus tetap mengikuti perkembangan zaman terutama dalam menghadapi digitalisasi dan perubahan pasar yang semakin cepat.

Manajemen krisis dan reputasi yang dihadapi oleh BATA di Pabrik Purwakarta sangat besar, karena berhubungan dengan top-middle-bottom management dan khalayak. Adapun, total kerugian operasional yang harus ditanggung oleh perusahaan diketahui mencapai Rp. 459,58 miliar pada tahun 2020.

***

*) Ikuti Berita Terbaru Portal Indonesia di Google News klik disini dan Jangan Lupa di Follow.