KARAWANG – Bangunan rumah milik Djiauw Kie Siong di Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang itu tampak sederhana. Rumah milik petani keturunan China itu merupakan saksi sejarah dalam peristiwa Rengasdengklok, ketika Bung Karno dan Bung Hatta diculik para tokoh muda yang mendesak segera diploklamirkan kemerdekaan RI.
“Kita datang ke sini untuk bisa lebih mengenal sejarah. Bagaimana dedikasi, pengorbanan, semangat juang dan daya juang sangat kuat dari para pendiri bangsa,” tutur Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto, saat memimpin kunjungan napak tilas sejarah perjuangan bangsa di Rengasdengklok Karawang Jawa Barat, Jumat (6/12/2024).
Eko berharap pemerintah membantu infrastruktur akses masuk ke lokasi tempat bersejarah sehingga pengunjung akan merasa nyaman berkunjung ke Rumah Rengasdengklok.
“Kami berharap pemerintah pusat bisa bantu infrastukstur jalan masuk disempurnakan,” pintanya.
Wakil Ketua DPRD DIY Ummarudin Masdar yang turut dalam kunjungan mengaku terkesan dengan upaya napak tilas perjalanan pahlawan bangsa. Menelusur jejak sejarah berdirinya Indonesia.
Menurutnya Rengasdengklok menjadi salah satu tempat bersejarah, bagaimana pertama kalinya muncul pernyataan Proklamasi Harga Mati, dari para pemuda. “Kita bisa implementasikan semangat itu dalan langkah hari ini dan ke depan,” ajaknya.

Rumah bersejarah dalam peristiwa Rengasdengklok itu terletak di Dusun Kalijaya I RT 001/RW 009 Desa Rengasdengklok Utara. Rumah bersejarah ini dibangun pada tahun 1920-an, namun hinggq kink masih tampak kokoh.
Rumah peninggalan Babah Djiauw itu berukuran 9×6 meter, bentuknya limasan dari bahan kayu. Lantai berupa ubin dan bagian atap rumah masih asli terbuat dari anyaman bambu.
Para tokoh muda seperti Sukarni, Singgih dan lainnya membawa Bung Karno dan Hatta, semula akan menempatkan kedua tokoh bangsa itu ke markas PETA Karawang. Namun, tempat tersebut dirasa tidak cukup aman dari pengawasan Jepang.
Karena itu para tokoh muda yang menculiknya itu memindahkan Soekarno-Hatta ke rumah Babah Djiauw yang tidak dalam pengawasan Jepang.
Janto Djoewari, cucu dari Djiauw Kie Siong mengakui bangunan rumah bersejarah yang sekarang ditempatinya itu lokasinya sudah bergeser sekitar 50 meter dari tempat aslinya. Bangunan aslinya semula di dekat sungai. “Jadi, bangunan ini sudah bergeser sekitar 50 meter dari aslinya untuk menghindari banjir Sungai Citarum,” jelas Janto.
Bagi dia, mengunjungi rumah bersejarah itu berarti pula menghargai jasa kakeknya yang turut andil dalam kemerdekaan Indonesia.
Babah Djiauw dalam wasiatnya memesankan kepada pewarisnya untuk rela menunggui rumah itu dan memberi layanan terbaik bagi pengunjung yang ingin melihat langsung rumah bersejarah Rengasdengklok tersebut.
Usai kunjungi Rumah Sejarah Djiauw, rombongan DPRD DIY dan wartawan melanjutkan kunjungan ke Monumen Kebulatan Tekad yang dahulu merupakan pos tentara PETA. Di sini, dulu Soekarno – Hatta sempat melakukan penghormatan pertama kali Merah Putih sebelum bertolak kembali ke Jakarta untuk memproklamasikan Kemerdekaan RI. (bams)