Berita

Ketika GP Ansor dan Pemuda Katolik Kunjungi Pertapaan Rawaseneng Temanggung

Portal Indonesia
67
×

Ketika GP Ansor dan Pemuda Katolik Kunjungi Pertapaan Rawaseneng Temanggung

Sebarkan artikel ini

TEMANGGUNG – Biara ini berdiri sejak tahun 1953. Letaknya di kaki Gunung Sindoro, Desa Ngemplak, Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Biara sunyi yang menjadi tempat tinggal para rahib Katolik dari Ordo Trapis (OCSO) ini dikenal dengan Pertapaan Santa Maria Rawaseneng.

Di biara ini tak sekadar rumah doa, namun di Pertapaan Rawaseneng ini sebagai pusat kegiatan ekonomi mandiri yang melibatkan masyarakat sekitar.

Para rahib di sini menghidupi diri mereka tanpa bergantung pada sumbangan umat. Dengan menjalankan berbagai usaha seperti perkebunan kopi, peternakan sapi perah, serta industri olahan susu dan roti.

Di kompleks pertapaan itu juga terdapat kafe dan pusat oleh-oleh yang menjual produk berbasis susu, seperti yoghurt, keju, wine coffee dan susu aneka rasa.

Keseluruhan produksi dikelola langsung oleh para rahib kerja sama dengan masyarakat  sekitar. Sehingga menjadi roda ekonomi yang menggerakkan desa dan mengurangi pengangguran.

Apa yang dilakukan pertapaan Rawaseneng merupakan proses industri terintegrasi.

Keberhasilan ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor dan Pemuda Katolik, yang mengunjungi Pertapaan Rawaseneng pada Selasa (18/2/2025).

Mereka berkunjung untuk belajar langsung mengenai sistem peternakan dan industri pengolahan susu di sana. Istilahnya, kedua organisasi pemuda lintas agama ini belajar ‘minum susu’ di tempat itu.

Peristiwa ini juga disebut sebagai kunjungan bersejarah karena pertama kali ormas keagamaan datang bersilaturahmi ke pertapaan. Di tempat pengelolaan susu di pertapaan itu, para pengurus kedua ormas pemuda keagamaan itu sempat mencicipi lezatnya susu buatan Rawaseneng.

Mereka yang berkunjung diantaranya Ketum GP Ansor, Addin Jauharudin didampingi para pengurus dari wilayah Semarang, Yogyakarta dan Temanggung. Sementara Ketum Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma juga didampingi pengurus dari wilayah Semarang, Temanggung dan Yogyakarta. Hadir dalam kunjungan ini Taprof (Pengajar) Bidang Ideologi Lemhannas RI AM, Putut Prabantoro.

Baca Juga:
Mobil Maung Siap Jadi Kendaraan Dinas, Presiden Dorong Kemandirian Otomotif Nasional

Rombongan disambut perwakilan pimpinan pertapaan, Fr. Stefanus Octaviano Purnama dan Romo Edy Prasetyo Pr. Keduanya bertugas di bagian penjualan produk pertapaan, sekaligus  penanggung jawab kafe pertapaan untuk para pengunjung.

Ketua Umum PP Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma, mengungkapkan kekagumannya setelah melihat secara langsung bagaimana para rahib membangun usaha yang mandiri dan berkelanjutan.

“Kami mendapat kesempatan melihat dari dekat proses peternakan sapi perah terintegrasi di Rawaseneng. Ini bukan hanya biara tempat berdoa, tetapi juga pusat usaha yang melibatkan masyarakat,” ujarnya.

Menurutnya, banyak kader Pemuda Katolik yang sedang merintis usaha peternakan di berbagai daerah, seperti peternakan kambing Ettawa di Cianjur dan peternakan sapi di Nusa Tenggara Timur serta Bengkulu.

Kunjungan ini menjadi kesempatan untuk menyerap ilmu dan mencontoh praktik yang telah berhasil diterapkan di Rawaseneng.

Ketertarikan serupa juga diungkapkan Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Ansor, Addin Jauharudin.

Ia melihat bagaimana peternakan di Rawaseneng tidak hanya menghasilkan susu mentah. Akan tetapi juga mengolahnya menjadi produk bernilai tambah seperti yoghurt dan keju.

“Di tempat kami, peternak hanya menjual susu ke koperasi. Sementara di sini, kami melihat bagaimana susu dapat diolah menjadi produk yang lebih bernilai ekonomi,” katanya.

Baginya, model peternakan Rawaseneng bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain. “Jika diterapkan lebih luas, ini bisa menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan peternak,” katanya.

Lebih dari sekadar pusat edukasi peternakan, Pertapaan Santa Maria Rawaseneng menjadi simbol persatuan di tengah keberagaman.

Stefanus Octaviano Purnama, OSCO, penanggung jawab pengolahan susu di pertapaan, menyebut pihaknya terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar.

“Pada intinya, kita belajar bersama untuk menjadi lebih baik. Kenapa tidak menjadikan Indonesia semakin satu tanpa memandang perbedaan?” katanya.

Baca Juga:
Forum Mujadalah Kiai Kampung Apresiasi Tiga Kebijakan Pro-Rakyat Presiden Prabowo

Bagi para rahib di Rawaseneng, kunjungan dari berbagai organisasi ini menjadi bukti bahwa kerja keras dan nilai kebersamaan dapat menyatukan banyak pihak.

“Ini adalah pertama kalinya kami menerima kunjungan seperti ini. Syukur-syukur ada tindak lanjut ke depannya. Kami ingin terus menjalin relasi tanpa melihat perbedaan yang ada,” tambah Stefanus.

Putut Prabantoro menegaskan, kerukunan, toleransi dan perdamaian mensyaratkan adanya kesejahteraan bersama sebagai tujuan akhir. Ormas terutama ormas keagamaan dalam visi misinya harus memastikan para anggotanya juga sejahtera secara khusus dan juga masyarakat Indonesia. Bagaimana menyejahterakan para anggota salah satunya dengan membangun perekonomian bersama di kota atau daerah di mana ormas atau cabangnya berada.

Apa yang dimulai oleh GP Ansor dan Pemuda Katolik, masih menurut Putut, memberi contoh bagaimana hubungan harmonis antarumat beragama harus menuju kesejahteraan bersama. Dan, itu saling melengkapi, saling belajar dan saling bertukar pikiran dalam bentuk nyata. Bukan hanya wacana. (bams)