KesehatanArtikel, Tips & Edukasi

Interaksi Obat pada Lansia, Risiko dan Pencegahan

admin
32
×

Interaksi Obat pada Lansia, Risiko dan Pencegahan

Sebarkan artikel ini
Interaksi Obat
Interaksi Obat pada Lansia, Risiko dan Pencegahan (portal-indonesia.com)

Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi obat merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh lansia. Seiring bertambahnya usia, tubuh manusia mengalami perubahan fisiologis yang dapat mempengaruhi cara obat bekerja. Selain itu, lansia sering kali mengonsumsi lebih dari satu jenis obat secara bersamaan, baik itu obat resep dokter, obat bebas, maupun suplemen herbal. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat yang bisa berakibat serius. Di sinilah pentingnya memahami risiko yang ada serta langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil. Salah satu referensi lokal yang mendalami isu ini bisa ditemukan di situs pcpafimojokerto.org .

Mengapa Lansia Rentan terhadap Interaksi Obat?

Pada lansia, metabolisme tubuh sudah tidak seefisien saat masih muda. Organ-organ seperti hati dan ginjal, yang berfungsi untuk memetabolisme dan mengeluarkan obat dari tubuh, biasanya bekerja lebih lambat. Hal ini mengakibatkan obat bertahan lebih lama di dalam tubuh dan meningkatkan potensi terjadinya efek samping. Ditambah lagi, banyak lansia yang menderita berbagai penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung, yang memerlukan konsumsi obat dalam jangka panjang.

Keadaan ini sering disebut sebagai polifarmasi, di mana seseorang mengonsumsi banyak obat sekaligus. Polifarmasi tidak hanya meningkatkan risiko interaksi obat, tetapi juga memperbesar kemungkinan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan. Dengan kata lain, semakin banyak obat yang diminum, semakin tinggi pula peluang adanya interaksi obat yang merugikan kesehatan.

Jenis-jenis Interaksi Obat pada Lansia

Ada beberapa jenis interaksi obat yang umum terjadi pada lansia, di antaranya adalah:

  1. Interaksi antar obat
    Ini adalah interaksi yang terjadi ketika dua atau lebih obat saling mempengaruhi cara kerja satu sama lain. Misalnya, beberapa jenis obat antidepresan dapat berinteraksi dengan obat tekanan darah, yang bisa menyebabkan penurunan tekanan darah yang terlalu drastis.
  2. Interaksi antara obat dan makanan
    Beberapa obat tertentu bisa berinteraksi dengan makanan yang dikonsumsi, yang pada akhirnya mengubah efektivitas obat. Misalnya, obat-obatan seperti statin, yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol, bisa berinteraksi negatif dengan jus grapefruit, meningkatkan risiko efek samping.
  3. Interaksi antara obat dan kondisi medis
    Lansia yang memiliki lebih dari satu penyakit sering kali perlu minum beberapa jenis obat. Masalahnya, penyakit tertentu bisa memperburuk efek samping dari obat tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang menderita penyakit ginjal mungkin mengalami masalah ketika minum obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), karena obat ini dapat memperburuk kondisi ginjal.
  4. Interaksi dengan suplemen atau obat herbal
    Banyak lansia yang mengonsumsi suplemen atau obat herbal sebagai bagian dari rutinitas harian mereka. Meskipun dianggap “alami”, suplemen atau obat herbal dapat berinteraksi dengan obat resep. Sebagai contoh, suplemen seperti ginkgo biloba dapat meningkatkan risiko pendarahan jika dikonsumsi bersamaan dengan obat pengencer darah.
Baca Juga:  Jaga Kesehatan Agar Tetap Vit dan Bahagia di Masa Tua, Pj. Bupati Pasuruan Ajak Para Lansia Senam Pagi Bersama

Risiko Akibat Interaksi Obat yang Tidak Terkontrol

Interaksi obat yang tidak dikelola dengan baik bisa menyebabkan berbagai risiko kesehatan bagi lansia. Beberapa risiko yang paling umum meliputi:

  • Penurunan tekanan darah yang drastis
    Jika obat yang diminum memiliki efek menurunkan tekanan darah, interaksi obat yang tidak tepat dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan pusing, pingsan, atau bahkan jatuh, yang berbahaya bagi lansia.
  • Pendarahan
    Seperti yang disebutkan sebelumnya, beberapa suplemen herbal seperti ginkgo biloba bisa meningkatkan risiko pendarahan jika dikombinasikan dengan obat pengencer darah. Interaksi ini bisa menyebabkan perdarahan serius, termasuk perdarahan internal yang sulit terdeteksi pada tahap awal.
  • Gangguan fungsi ginjal atau hati
    Interaksi obat bisa memperburuk kondisi kesehatan lansia yang sudah memiliki gangguan ginjal atau hati. Obat yang tidak dimetabolisme dengan benar bisa menumpuk dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada organ-organ ini.
  • Efek samping psikiatris
    Interaksi obat pada lansia juga dapat mempengaruhi fungsi otak, menyebabkan kebingungan, gangguan memori, atau bahkan halusinasi. Ini terutama terjadi jika seseorang mengonsumsi obat penenang, antidepresan, atau obat antiansietas bersamaan dengan obat lain.

Langkah Pencegahan yang Harus Dilakukan

Agar interaksi obat dapat diminimalkan, ada beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan, terutama oleh para lansia dan orang-orang yang merawat mereka:

  1. Konsultasikan dengan dokter secara rutin
    Sebelum mulai mengonsumsi obat baru, baik itu obat resep, obat bebas, atau suplemen herbal, selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Beri tahu dokter tentang semua obat dan suplemen yang sedang Anda konsumsi. Dokter bisa memberikan saran yang tepat mengenai interaksi obat yang mungkin terjadi.
  2. Gunakan satu apotek untuk semua resep obat
    Jika memungkinkan, gunakan hanya satu apotek untuk mengisi semua resep obat. Apoteker bisa membantu memantau interaksi antar obat yang mungkin terjadi, karena mereka akan memiliki catatan lengkap tentang semua obat yang sedang Anda konsumsi.
  3. Baca label dan petunjuk obat dengan seksama
    Setiap kali menerima obat baru, baca label dan petunjuk penggunaan dengan hati-hati. Perhatikan apakah ada peringatan mengenai interaksi obat atau makanan. Jika ada yang tidak jelas, jangan ragu untuk bertanya kepada dokter atau apoteker.
  4. Pantau kesehatan secara berkala
    Lansia dan keluarga harus rutin memantau kondisi kesehatan, termasuk tekanan darah, fungsi ginjal, dan fungsi hati, terutama jika sedang mengonsumsi beberapa jenis obat. Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mendeteksi efek samping atau interaksi obat sedini mungkin.
  5. Gunakan alat bantu untuk mengingat
    Untuk meminimalkan kesalahan dalam penggunaan obat, gunakan alat bantu seperti kotak pil yang sudah diberi label hari. Lansia yang memiliki masalah memori dapat memanfaatkan alat ini untuk mengingat kapan harus minum obat dan dosis yang benar.
Baca Juga:  Apa itu PAFI? Mengenal Sejarah Organisasi Persatuan Ahli Farmasi Indonesia

Pentingnya Kesadaran Keluarga dan Pengasuh

Satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam pencegahan interaksi obat pada lansia adalah peran keluarga dan pengasuh. Seringkali, lansia mengalami kebingungan atau kesulitan dalam mengingat obat apa yang harus mereka konsumsi. Keluarga yang terlibat aktif dalam perawatan lansia harus menyadari pentingnya memonitor konsumsi obat dengan teliti.

Pengasuh juga harus dibekali dengan pengetahuan dasar tentang interaksi obat dan potensi risikonya. Mereka harus memahami tanda-tanda awal adanya interaksi obat yang merugikan, seperti perubahan suasana hati, pusing, atau gejala fisik yang tidak biasa. Jika muncul gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Tantangan Polifarmasi dan Solusinya

Polifarmasi merupakan tantangan nyata bagi lansia, namun bukan tanpa solusi. Salah satu cara efektif untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan evaluasi obat secara berkala bersama dokter. Terkadang, ada beberapa obat yang sebenarnya tidak lagi diperlukan dan bisa dihentikan dengan aman. Dokter juga bisa mempertimbangkan untuk mengganti beberapa obat dengan satu obat yang memiliki efek ganda, sehingga mengurangi jumlah obat yang harus dikonsumsi.

Di beberapa negara, program khusus untuk manajemen obat pada lansia sudah mulai diterapkan. Program-program ini melibatkan evaluasi menyeluruh mengenai obat yang dikonsumsi lansia, dengan tujuan untuk mengurangi risiko interaksi obat dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Kesimpulan

Interaksi obat pada lansia adalah masalah yang tidak bisa diabaikan. Risiko terjadinya interaksi obat meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan jumlah obat yang dikonsumsi. Oleh karena itu, sangat penting bagi lansia, keluarga, dan tenaga medis untuk bekerja sama dalam memantau penggunaan obat. Dengan demikian, risiko interaksi obat dapat diminimalkan, dan kualitas hidup lansia dapat tetap terjaga dengan baik.

Baca Juga:  7 Destinasi Wisata Kuliner Internasional yang Wajib Dicoba

Sebagai penutup, jangan ragu untuk mengambil langkah pencegahan yang sudah dijelaskan di atas, dan pastikan Anda selalu berkonsultasi dengan tenaga medis yang berkompeten setiap kali ada perubahan dalam konsumsi obat. Semoga informasi ini bisa menjadi panduan yang bermanfaat bagi Anda dan orang-orang terkasih.

*) Ikuti Berita Terbaru Portal Indonesia di Google News klik disini dan Jangan Lupa di Follow.