PONOROGO – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Ponorogo melaksanakan tahapan debat perdana pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada 2024).
Dimana, debat terbuka Pilkada 2024 itu diikuti peserta pasangan calon (paslon) nomor urut 01 Ipong Muchlissoni-Segoro Luhur dan paslon nomor urut 02 Sugiri Sancoko-Liadyarita. (23/10/2024).
Pun, debat perdana kali ini mengambil tema ‘Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Memajukan Daerah’. Kedua paslon adu visi misi dan gagasan baik di bidang infrakstuktur, pariwisata pendidikan hingga pertanian.
Kubu paslon nomor urut 01 Ipong Muchlissoni-Segoro Luhur mempertanyakan menyoal bidang pertanian. Menurutnya, era Sugiri Sancoko-Lisdyarita, ada penurunan soal hasil panen padi tiap tahunnya.
Menanggapi hal itu, paslon 02 Sugiri Sancoko-Lisdyarita membantah pernyataan terkait turunnya produktivitas panen padi tersebut. Kang Giri (sapaan akrab Sugiri Sancoko) mengemukakan data valid tentang luas tanam di Kabupaten Ponorogo.
Menurutnya, luas tanam pada tahun 2020 saat Ipong Muchlissoni menjabat bupati, mencapai 74 ribu hektar.
“Justru berkat gagasan saya, yakni program sumur dalam, luas tanam meningkat menjadi 76.919 hektar. Sehingga produksi padi tahun ini mencapai 471.160 ton,” ujar Kang Giri.
Dengan kata lain, berarti program sumur dalam ini berhasil meningkatkan indeks pertanian di Ponorogo.
“Bahkan, sawah tadah hujan yang dulunya hanya bisa panen 1-2 kali setahun. Sekarang ini dengan adanya sumur dalam, petani bisa 3-4 kali panen (padi) setahun. Peningkatan luas tanam ini yang menjadi kunci peningkatan produksi,” imbuhnya.
Sementara itu, Kang Giri juga melontarkan pertanyaan soal efektivitas program pupuk cair organik (POC) yang dulu pernah digagas semasa Ipong Muchlissoni menjadi bupati. Apakah anggaran POC yang mencapai Rp 30 milyar pertahun mampu meningkatkan produktivitas pertanian?.
Menurut Ipong, pupuk POC bukan dilaksanakan 5 tahun tapi hanya berjalan 2,5 kali saja. Tujuan pemberian POC tidak semata-mata untuk meningkatkan produktivitas.
“Tapi tujuan utama memperbaiki hara dalam tanah atau kesuburan akibat pupuk kimia yang terus menerus serta agar kebutuhan pupuk kimia turun,” tandasnya. (*)