SIDOARJO – Di tengah tantangan ekonomi dan harga pangan yang makin tak menentu, warga Desa Pangkemiri, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo, justru menemukan harapan dari hal sederhana: pekarangan rumah sendiri.
Selasa pagi (22/4/2025), tampak pemandangan yang menghangatkan hati di sudut-sudut kampung. Para ibu menanam bayam dan tomat di samping dapur, anak-anak ikut menyiram tanaman, sementara para bapak menata polybag dan menggali tanah di halaman depan. Semua dilakukan dengan semangat gotong royong dan senyum yang tulus.
Program Pekarangan Pangan Bergizi (P2B) yang digulirkan pemerintah menjadi pemicu kebangkitan semangat warga. Tak sekadar menanam, mereka sedang membangun kemandirian—mulai dari rumah, untuk keluarga.
Aiptu Ismail, Bhabinkamtibmas Desa Pangkemiri, terlihat akrab berdialog dengan warga. Ia bukan sekadar pengawas keamanan, tapi juga sahabat warga yang ikut membaur, menanam, dan memberi semangat.
“Kalau kita bisa panen dari pekarangan sendiri, itu bukan cuma soal hemat, tapi juga soal bangga dan sehat,” ujarnya sambil membantu seorang ibu menata pot gantung berisi cabai rawit.
Program ini bukan hanya berdampak di dapur. Ia menyentuh kehidupan sosial warga. Suasana kampung kini lebih hidup, interaksi antarwarga makin erat, dan anak-anak pun belajar tentang pentingnya menanam sejak dini.
Siti Aminah, seorang ibu rumah tangga, tak bisa menyembunyikan senyumnya. “Biasanya harus beli kangkung ke pasar, sekarang tinggal petik di belakang rumah. Rasanya lebih segar, dan hati juga lebih tenang.”
Desa Pangkemiri kini menjadi contoh bagaimana ketahanan pangan bukan hanya urusan negara atau instansi, tapi tentang kesadaran bersama. Tentang bagaimana cinta terhadap tanah sendiri bisa tumbuh menjadi harapan yang nyata.
Dengan dukungan aparat dan semangat warga, tak ada yang terlalu kecil untuk memulai perubahan.