JOMBANG — Candi Rimbi, yang berdiri kokoh di lereng Gunung Anjasmoro, tepatnya di Desa Pulosari, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, adalah salah satu peninggalan bersejarah yang sarat dengan misteri dan kisah menarik.
Candi ini dinamakan Rimbi, terinspirasi dari upacara Sradah yang dilaksanakan oleh Tribhuwana Tunggadewi sebagai bentuk penghormatan kepada arwah leluhur. Tak hanya itu, Candi Rimbi juga berfungsi sebagai tempat pendarmaan bagi Ratu Tribhuwana Tunggadewi, sang raja ketiga Majapahit.
Nama Rimbi juga diambil dari Dewi Arimbi, tokoh wayang yang dikenal sebagai istri Bima dan ibu Gatotkaca. Keberadaan dua arca wanita besar di area candi, yang diduga menggambarkan Dewi Parwati dan Durga Mahisasuramardhini, semakin memperkuat kaitan ini. Kedua arca tersebut memiliki ciri-ciri mirip Dewi Arimbi—tinggi, bertaring, dan besar—sehingga menjadi dasar penamaan candi ini.
Saat ditemukan, Candi Rimbi tidak dalam kondisi utuh. Sebagian besar bangunannya runtuh, diduga akibat gempa atau letusan gunung berapi. Meski begitu, beberapa bagian masih terlihat jelas. Upaya perawatan pun dilakukan, termasuk perkuatan pada bagian kaki candi oleh tim Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur pada tahun 1994 hingga 1996.
Menurut Suparno, Juru Pelihara Candi Rimbi, pada Senin (10/03/2025), kondisi candi saat ini memang hanya menyisakan sebagian tubuh dan kaki candi. “Candi Rimbi menghadap ke barat, dengan ukuran panjang 13,24 meter, lebar 9,10 meter, dan tinggi 12 meter,” ujarnya pada Kamis, 6 Februari 2025. Meski tak utuh, candi ini tetap memikat hati para peneliti dan wisatawan.
Candi Rimbi pertama kali ditemukan oleh Alfred Wallace pada abad ke-19 saat ia melakukan penelitian spesimen tanaman di kaki Gunung Anjasmoro. Penemuan ini diikuti dengan ditemukannya beberapa arca bercorak Hindu, seperti arca Dewi Parwati, yang kini disimpan di Museum Nasional dan Museum Trowulan. Keberadaan arca-arca ini menunjukkan hubungan erat candi dengan Kerajaan Majapahit, khususnya dengan Tribhuwana Tunggadewi, putri Raden Wijaya, pendiri Majapahit.
Masyarakat sekitar meyakini bahwa Candi Rimbi memiliki kaitan erat dengan Majapahit. Menurut mitos setempat, wilayah Jombang bagian selatan, khususnya Wonosalam, dianggap sebagai gapura selatan ibukota Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Hal ini tercermin dalam logo Kabupaten Jombang yang berbentuk gapura, melambangkan Jombang sebagai pintu gerbang menuju Trowulan.
Candi Rimbi menampilkan corak arsitektur khas Majapahit, mirip dengan peninggalan lain seperti Candi Sanggrahan di Tulungagung. Mitos lain menyebutkan bahwa Candi Rimbi, atau yang juga dikenal sebagai Cungkup Pulo, adalah makam Dewi Arimbi, tokoh wayang yang terkenal sebagai istri Bima.
Dengan segala cerita sejarah dan mitos yang melingkupinya, Candi Rimbi tetap menjadi saksi bisu kejayaan Majapahit di masa lalu. Tak hanya itu, candi ini juga menjadi destinasi wisata sejarah yang patut dilestarikan.
Sebanyak 51 panel relief menghiasi dinding tingkat pertama kaki candi, mengelilingi bangunan dan memberikan gambaran visual mendalam tentang kehidupan dan nilai-nilai spiritual masa lampau. Uniknya, relief-relief ini tidak menceritakan kisah secara panjang lebar, melainkan mengambil adegan-adegan tertentu yang dianggap mewakili inti cerita yang lebih besar. Setiap relief menciptakan narasi penuh makna, mengajak pengunjung untuk memahami kehidupan sosial, kebudayaan, dan kepercayaan pada zaman tersebut.
Salah satu relief paling menarik adalah kisah Garudeya, yang menggambarkan proses penyucian diri. Dalam relief ini, Garudeya digambarkan duduk dengan penuh hormat menghadap ibunya yang sedang memberikan restu. Adegan ini mencerminkan nilai-nilai spiritual, penghormatan terhadap orang tua, serta makna penyucian diri yang mendalam.