Portal Jatim

Bocah SD Meninggal di Kolam Dewasa, Aktivis: Pengawasan Harus Jadi Prioritas!

Redaksi
206
×

Bocah SD Meninggal di Kolam Dewasa, Aktivis: Pengawasan Harus Jadi Prioritas!

Sebarkan artikel ini

SITUBONDO – Tragedi memilukan terjadi di kolam renang Barokah Park, Desa Trigonco, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Rabu (11/12/2024).

Seorang bocah perempuan bernama Aulia Puteri Ramadhani (8), siswa kelas II SDN 03 Banyuputih, ditemukan tewas mengapung di kolam renang khusus orang dewasa.

Korban awalnya datang ke lokasi bersama ibunya, teman sekolah, dan guru-gurunya untuk mengikuti kegiatan Akhir semester yang diadakan sekolah. Namun nahas, tubuh kecilnya justru ditemukan tak bernyawa di kolam yang tidak sesuai untuk anak-anak.

Menurut informasi, saat kejadian, ibu korban diduga sibuk bermain TikTok di kolam khusus balita, sementara Aulia bermain sendiri. Korban diduga tanpa pengawasan mendekati kolam renang dewasa hingga akhirnya tenggelam.

Sejumlah pengunjung yang melihat tubuh Aulia mengapung di kolam langsung berteriak meminta pertolongan. Beberapa pengunjung dengan sigap mengangkat tubuh korban dari kolam dan berupaya memberikan pertolongan pertama sebelum membawanya ke RSUD Asembagus.

Berdasarkan keterangan saksi mata, korban sempat melambaikan tangan meminta pertolongan sebelum akhirnya tenggelam. Namun, upaya penyelamatan terlambat.

Pihak RSUD Asembagus turut memberikan keterangan terkait kondisi Aulia Puteri Ramadhani saat tiba di rumah sakit. Dokter jaga RSUD menyebut korban tiba dalam keadaan tidak sadar dengan beberapa tanda yang mengindikasikan proses tenggelam.

“Saat korban dievakuasi ke rumah sakit, kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Tubuhnya pucat, membiru, dan terdapat muntahan serta busa di mulut dan hidung,” ungkap salah seorang dokter jaga RSUD Asembagus.

“Kami sudah melakukan semua prosedur penanganan, namun korban tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan sejak tiba,” tambahnya.

Menanggapi insiden tragis yang menimpa Aulia Puteri Ramadhani di Barokah Park, seorang aktivis, Opek memberikan komentar pedas terkait kurangnya pengawasan di lokasi wisata air. Ia menilai kejadian ini menunjukkan lemahnya tanggung jawab pengelola dan pendamping terhadap keselamatan anak-anak.

Baca Juga:
TPST Mrican di Ponorogo Beroperasi, Mampu Olah 100 Ton Sampah Perhari

“Ini adalah tragedi yang seharusnya bisa dihindari jika ada pengawasan yang lebih ketat dari orang tua, guru, dan pihak pengelola. Anak-anak, apalagi usia 8 tahun, sangat rentan terhadap risiko di kolam renang, terutama yang diperuntukkan bagi orang dewasa,” ujar Opek, Rabu (11/12/2024).

Menurut Opek, fasilitas seperti kolam renang seharusnya memiliki standar keamanan yang jelas, termasuk pembatasan akses anak ke kolam dewasa dan kehadiran lifeguard yang aktif memantau seluruh area. “Fakta bahwa korban bisa bermain sendiri hingga tenggelam menunjukkan adanya kelalaian serius. Baik pendamping maupun pengelola harus bertanggung jawab atas insiden ini,” tegasnya.

Ia juga menyoroti perilaku pendamping yang diduga asyik bermain TikTok sehingga gagal mengawasi anaknya. “Ini tidak bisa dibenarkan. Orang tua harus sadar bahwa pengawasan langsung adalah kewajiban utama, apalagi di tempat berisiko seperti kolam renang,” imbuhnya.

Opek berharap kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk lebih peduli terhadap keselamatan anak-anak.

“Tidak hanya orang tua dan guru, pengelola tempat wisata juga harus meningkatkan standar keselamatan, termasuk menempatkan pengawas di setiap area berbahaya dan memastikan fasilitasnya ramah anak,” pungkasnya.