Portal Jatim

Perayaan Cap Go Meh 2576 di Pendopo Nganjuk : Tradisi, Makna, dan Harapan di Tahun Ular Kayu

Portal Indonesia
×

Perayaan Cap Go Meh 2576 di Pendopo Nganjuk : Tradisi, Makna, dan Harapan di Tahun Ular Kayu

Sebarkan artikel ini
Perayaan Cap Go Meh 2576 di Pendopo Nganjuk (Portal Indonesia/Evekti Sari)

NGANJUK – Suasana meriah dan penuh kebersamaan mewarnai Perayaan Cap Go Meh 2576 di Pendopo Nganjuk. Acara yang berlangsung tepat 15 hari setelah perayaan Tahun Baru Imlek ini bukan hanya menjadi momen sukacita, tetapi juga sarat makna filosofis. Cap Go Meh, yang dalam tradisi Tionghoa melambangkan akhir dari rangkaian perayaan Imlek, menjadi simbol keberuntungan, keharmonisan, dan rasa syukur dalam menyambut tahun Ular Kayu.

Tradisi Cap Go Meh: Perpaduan Budaya dan Spiritualitas

Cap Go Meh berasal dari kata “Cap” yang berarti sepuluh dan “Go” yang berarti lima, merujuk pada perayaan yang jatuh pada hari ke-15 bulan pertama dalam kalender lunar. Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dalam masyarakat Tionghoa dan kini semakin berkembang menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Di berbagai daerah, perayaan Cap Go Meh sering dikaitkan dengan atraksi Barongsai, Tatung, serta ritual doa dan persembahan. Namun, di Nganjuk, perayaan ini lebih menekankan pada makna kebersamaan dan syukur melalui tradisi makan bersama.

Makna Filosofis di Balik Sajian Cap Go Meh

Salah satu ciri khas dalam perayaan Cap Go Meh di Pendopo Nganjuk adalah tradisi makan lontong bersama. Menu khas yang disajikan meliputi:

Lontong – Melambangkan keharmonisan dan kesatuan keluarga serta masyarakat.

Opor Ayam – Mengandung makna keberkahan dan kesejahteraan dalam hidup.

Telur – Simbol kesuburan, keberlanjutan, dan awal yang baru.

Sayur Bung – Mewakili harapan akan rezeki yang berlimpah dan kehidupan yang makmur, serta kekuatan.

Menurut Ketua Panitia Perayaan, tradisi makan lontong dalam Cap Go Meh bukan sekadar ritual kuliner, tetapi juga menjadi sarana refleksi spiritual. “Lontong itu simbol kebersamaan. Dengan makan bersama, kita diingatkan untuk selalu bersyukur dan menjaga keharmonisan dalam keluarga serta masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga:
Perlon Unggahan, Tradisi Masyarakat Adat Bonokeling Banyumas Sambut Ramadan

Tahun Ular Kayu: Simbol Kebijaksanaan dan Transformasi

Perayaan Cap Go Meh tahun ini memiliki makna khusus karena bertepatan dengan Tahun Ular Kayi. Dalam astrologi Tionghoa, Ular melambangkan kecerdasan, kebijaksanaan, dan transformasi. Unsur Kayu yang menyertainya membawa energi ketenangan, fleksibilitas, serta keberuntungan bagi mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan.

Banyak masyarakat yang percaya bahwa Tahun Ular Kayu adalah waktu yang tepat untuk introspeksi, memperbaiki diri, dan merancang strategi baru dalam kehidupan. Oleh karena itu, perayaan Cap Go Meh menjadi momen yang sangat tepat untuk merenungkan perjalanan hidup serta menyusun harapan-harapan baru.

Perayaan yang Menyatukan Masyarakat

Menariknya, Perayaan Cap Go Meh di Nganjuk tidak hanya diikuti oleh warga keturunan Tionghoa, tetapi juga masyarakat dari berbagai latar belakang. Hal ini menunjukkan bagaimana tradisi ini telah menjadi bagian dari harmoni keberagaman budaya di Indonesia.

“Kita melihat bahwa Cap Go Meh bukan hanya milik satu kelompok, tetapi telah menjadi ajang kebersamaan bagi seluruh masyarakat. Ini adalah bukti bahwa Indonesia kaya akan budaya yang saling menguatkan,” kata salah satu tokoh masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.

Harapan dan Pesan di Akhir Perayaan

Di penghujung acara, masyarakat bersama-sama mengungkapkan harapan agar tahun Ular Kayu membawa keberuntungan, kesehatan, dan kemakmuran bagi semua. Doa-doa dipanjatkan untuk kehidupan yang lebih baik, serta kebersamaan yang terus terjalin di tengah keberagaman.

Perayaan Cap Go Meh 2576 di Pendopo Nganjuk bukan hanya menjadi acara seremonial, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan rasa syukur dalam kehidupan. Dengan semangat ini, masyarakat optimis menghadapi tahun baru dengan harapan yang lebih besar dan langkah yang lebih mantap. (Sr)

Baca Juga:
Natalan Bersama Masyarakat Maritim Yogyakarta dan Barahmus Meriah