Nasional

Viral Nyanyian Joko Tingkir, Yuk Baca Sejarahnya

11
×

Viral Nyanyian Joko Tingkir, Yuk Baca Sejarahnya

Sebarkan artikel ini
Viral Nyanyian Joko Tingkir, Yuk Baca Sejarahnya

PORTAL INDONESIA – Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet viral di berbagai media sosial, khususnya TikTok.

Namun, judul lagu tersebut kontroversial. Beberapa orang menganggap penggunaan nama “Joko Tingkir” dalam judul dan liriknya tidak sopan.

Lalu siapa Joko Tinggkir?

Jaka Tingkir memiliki julukan Raden Mas Karebet. Ia adalah anak dari Ki Ageng Pengging, keturunan Raja Majapahit yang menjadi tuan tanah di daerah Pengging, dekat Boyolali.

Dikutip dari tesis berjudul Peran Jaka Tingkir Dalam Merintis Kerajaan Pajang 1546-1586 M yang ditulis oleh Dede Maulana, Mas Karebet lahir disertai hujan lebat, angin kencang, dan pelangi.

Ayah Mas Karabet dikabarkan meninggal karena durhaka kepada Sultan Demak. Saat itu Ki Pengging berulang kali diminta datang menghadap ibu kota.

Namun Ki Pengging menolak dengan halus. Hingga Sunan Kudus diminta menemuinya.

Ki Pengging yang sedang sakit didesak oleh Sunan Kudus untuk segera datang ke Demak. Saat Sunan Kudus pulang, Ki Ageng Pengging ditemukan tewas oleh istrinya di kamar tidur.

Setelah ayah dan ibunya meninggal, Mas Karebet diasuh oleh Nyi Ageng Tingkir yang tinggal di Desa Tingkir, yang berada di lereng gunung dekat Salatiga.

Ia dijuluki Joko Tingkir yang artinya pemuda dari Desa Tingkir. Mas Karebet suka bermeditasi dan guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga.

Joko Tingkir juga berguru pada Ki Ageng Selo dan bersaudara dengan tiga cucu Ki Ageng, yaitu Ki Juru Martani, Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi.

Meski Demak bertanggung jawab atas kematian ayahnya, Jaka Tingkir tetap ingin mengabdi di Ibu Kota Demak.

Sultan Trenggono pun bersimpati dengan Joko Tingkir dan mengangkatnya sebagai Panglima Prajurit Demak berpangkat Lurah Wiratamtama.

Dia bertanggung jawab untuk memilih rekrutan baru. Suatu hari datang seorang pelamar bernama Dadung Awuk yang sombong dan suka pamer.

Joko Tingkir pun menguji kesaktiannya dan akhirnya, Dadung Awuk meninggal. Akibat kejadian ini, Joko Tingkir dipecat dan diusir dari Demak.

Pemuda pemberani itu kemudian memutuskan untuk merantau untuk memperdalam ilmu silat.

Ia juga belajar dari teman sekelas ayahnya Ki Ageng Banyubiru yang tinggal di Sukoharjo.

Oleh gurunya, Jaka Tingkir diberi ilmu Ajian Lebu Sekilan yang bisa melindungi tubuhnya dari serangan musuh dalam satu rentangan jari. Dia juga berencana untuk mengambil posisinya lagi.

Suatu hari ketika Sultan Trenggono sedang berwisata di pegunungan, Joko Tingkir melepaskan seekor kerbau besar yang sedang mengamuk karena seekor kumbang telah dimasukkan ke dalam telinganya.

Kerbau mengamuk dan menyerang wisma Sultan. Tidak ada seorang prajurit pun yang bisa menghentikannya.

Joko Tingkir pun tampak menjinakkan kerbau dengan kekuatannya.

Atas jasanya, Sultan menjodohkan Joko Tinggkir dengan putranya, Putri Mas Cempaka. Ia pun mengangkat Joko Tingkir sebagai Adipati Pajang.

Pajang juga menjadi basis Islam baru di Jawa sesuai dengan aturan yang didapat dari para guru, salah satunya adalah Sunan Kalijaga.

Konflik dengan Arya Penangsang

Tahta Demak menjadi rebutan. Keturunan Pangeran Sekar Seda Lepen yang dibunuh oleh Sunan Prawoto (putra tertua Sultan Trenggono) masih menyimpan dendam.

Dialah Arya Penangsang yang merasa lebih berhak menduduki tahta kerajaan karena Pangeran Sekar Seda Lepen adalah kakak dari Sultan Trenggono dan adik dari Patih Unus atau Pangeran Sabrang Lor.

Arya Penangsang pun berencana membunuh Pangeran Prawoto dan menduduki tahta Kerajaan Demak.

Joko Tingkir memiliki peran besar dalam konflik tersebut. Dia berhasil menangkap urusan Arya Penangsang.

Bukannya dibunuh, Joko Tingkir malah memberikan hadiah dan pakaian lalu menyuruh para utusan pulang dengan selamat

“Kebijakan Jaka Tingkir lainnya adalah ketika terjadi perebutan kekuasaan antara Pajang dan Mataram. Joko Tingkir menyerah tidak melawan Pajang dan kembali ke istananya,” kata Guru Besar Universitas Sebelas Maret (UNS) ) Profesor Bani Sudardi dikutip dari berita .

Sepeninggal Arya Penangsang, pada tahun 1568 Jaka Tingkir mendapat restu dari Sunan Kudus untuk menjadi Sultan Pajang.

Ia juga menggunakan gelar Sultan Hadiwijaya saat memimpin Kesultanan Pajang didampingi permaisuri, Ratu Mas Cempaka, yang tak lain adalah putri Sultan Trenggono.

Jaka Tingkir diangkat menjadi Sultan karena jasanya dalam berhasil menyelesaikan konflik di Kerajaan Demak dan karena ia merupakan keturunan keluarga kerajaan Majapahit.

Profesor Bani Sudardi mengatakan bahwa dalam budaya Jawa, nama Jaka Tingkir atau Joko Tingkir dianggap dihormati dan disebut-sebut.

Pasalnya, Joko Tingkir merupakan salah satu sultan yang pernah memerintah di tanah Jawa ini.

Bani menambahkan hingga saat ini silsilah (trah) Joko Tingkir masih ada. Salah satunya adalah Presiden keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang disebut sebagai cucu generasi keenam Joko Tingkir.

“Saya kira menggunakan namanya sebagai bagian dari lagu memerlukan izin dari keturunan Jaka Tingkir untuk menghindari kesalahpahaman dan saling menghormati antar karakter,” pungkas Bani.