Portal DIY

Tipe DAS Pulau Kecil Khusus Penanganannya

33
×

Tipe DAS Pulau Kecil Khusus Penanganannya

Sebarkan artikel ini
Tipe DAS Pulau Kecil Khusus Penanganannya

Banjir bandang di NTT (Ist)

YOGYAKARTA|portal-indonesia.com – Bencana banjir bandang yang melanda pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara Timur (NTT) seperti Lembata, Alor dan Flores Timur menandakan bahwa ketahanan bentang alam dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di pulau kecil terdegradasi akibat deforestasi dan alih fungsi lahan. Karena itu pemerintah diingatkan untuk memperhatikan pengelolaan kondisi dan daya dukung DAS terhadap program pembangunan sebaran permukiman.

Menurut pakar kebencanaan dari UGM Yogyakarta Prof Dr Suratman, MSc tipe DAS dengan pulau kecil itu harus khusus penanganannya. Terutama persebaran pola permukiman.  Sehingga pemerintah perlu mulai berpikir mengelola DAS-DAS di pulau kecil. “Ini peringatan untuk bangsa kita. Jadi banjir tidak hanya terjadi pada DAS besar,  tapi DAS kecil di pulau kecil apalagi terjadi anomali iklim seperti sekarang ini bisa mengerikan,” kata Suratman, Jumat (9/4/2021).

Analisis Suratman   banjir bandang yang terjadi di NTT memang disebabkan oleh jumlah curah hujan akibat anomali iklim dengan siklon tropis seroja. Namun banjir bandang juga tergantung dari sisi ketahanan bentang alam, kondisi hutan dan lereng di sekitar aliran sungai. Apabila daya dukung semakin minim,  maka ketangguhan sungai dalam menahan jumlah curah hujan yang tinggi di hulu sungai akan menurun.

”Selain karena cuaca yang ekstrim, pulau-pulau kecil ini saya lihat jarak lintas sungai jaraknya pendek. Diperkirakan sekitar empat kilometer dari hulu hingga sampai ke laut, material vulkanik, dan data hutannya juga ada pengurangan,” papar dia.

Dijelaskan bencana banjir bandang umumnya kejadiannya sangat mendadak. Dengan lintas sungai yang pendek ini menurut dia,  waktu evakuasi saat terjadi sangat singkat sekali,  meski sudah ada peringatan dini. Apalagi kejadian berlangsung pada malam hari.

Menurut Suratman, masyarakat perlu membaca akan tanda banjir bandang dengan melihat kondisi curah hujan selama tiga hari berturut-turut. “Bila tiga hari hujan berturut-turut, maka bisa berisiko banjir sehingga harus waspada,” ingat dia.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengantisipasi banjir bandang dan luapan air di sekitar sungai, diusulkan  perlunya dilakukan edukasi melalui pembentukan srikandi sungai dan sekolah sungai. Sebagai inisiator program srikandi sungai di Indonesia, Suratman menuturkan program ini selama ini difokuskan pada daerah yang memiliki DAS yang panjang dan di pulau-pulau besar.

Adanya kejadian banjir di pulau-pulau kecil di wilayah NTT, pihaknya akan menggandeng universitas lokal untuk bekerja sama.

“Lewat srikandi sungai dan sekolah sungai kita akan membentuk relawan rakyat untuk pencegahan bencana banjir melalui kegiatan edukasi dan penyadaran, aksi konservasi, kegiatan ekonomi kreatif di sekitar sungai,” papar dia.

Program pembentukan relawan srikandi sungai dan sekolah sungai ini,  menurut Suratman selama ini masih terbatas pada daerah-daerah tertentu di Indonesia.
Diharapkan dukungan dari pemerintah pusat dan daerah agar program pembentukan relawan sungai bisa tersebar di seluruh daerah. (bams)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *