MAGELANG – Intake saluran air selokan Van Der Wijck yang sejak tanggal 1 Oktober 2024 lalu dimatikan, sejak kemarin dibuka kembali, sehingga aliran air selokan yang sedianya akan dimatikan selama sebulan sejak pematian kini sudah mengalir kembali.
Pembukaan intake saluran air selokan Van Der Wijck di wilayah Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang,Jawa Tengah disaksikan langsung oleh Calon Wakil Bupati Sleman danang Maharsa, pada pukul 00:00 Rabu (16/10/2024) kemarin.
Danang Maharsa datang untuk memastikan kesepakatan pembukaan kembali Saluran Van Der Wijck antara Balai Besar Wilayah Sungai – Serayu Opak (BBWSSO) dengan harapan kegiatan para petani di Sleman dalam menjalankan usahanya bisa berjalan tanpa kendala.
“Ini tadi disampaikan oleh pihak operator lapangan air baru dibuka 30 persen, ini dilakukan secara bertahap, dengan pertimbangan teknis yang harus dipahami oleh masyarakat. Tetapi pada prinsipnya saya akan turut memperjuangkan kepentingan masyarakat jika itu kewenangannya ada di pemerintah pusat atau provinsi,” ungkap Danang.
Dia menyampaikan, Saluran Van Der Wijck dan Selokan Mataram sebagai penopang utama sektor pertanian di Sleman harus benar-benar ditata secara optimal. Masih banyak yang perlu dibenahi terkait irigasi pertanian di Sleman.
“Ini perlu keterlibatan semua pihak, saya tadi dapat laporan banyak sadap-sadap liar yang perlu ditertibkan, agar debit air sampai hilir tidak kurang,” kata Danang.
Ditanya terkait kesepakatan penutupan satu bulan penuh dalam kurun waktu lima tahun, Danang menyatakan setuju agar tidak selalu jadi keributan setiap tahun. Danang mengajak semua pihak turut mengawal kesepakatan tersebut.
“Termasuk komitmen petani untuk segera rapat koordinasi dalam waktu sepuluh hari ke depan, untuk memusyawarahkan waktu yang tepat bagi BBWSSO melakukan perawatan dan renovasi,” ungkap Danang.
Setelah menyaksikan pembukaan Selokan Van Der Wijck Danang mengingatkan permintaan BBWSSO untuk menutup Saluran Van Der Wijck juga punya alasan kuat, untuk perawatan dan renovasi selokan, maka itu harus dipahami semua pihak.
Danang menyatakan dirinya punya perhatian serius terhadap ketersediaan air di sektor pertanian bahkan menjadi program prioritas pembangunan di Sleman. Krisis air itu punya dampak ganda termasuk peningkatan kemiskinan.
“Sederhana saja, kalau petani tidak bisa tanam, pemasukan mereka dari mana, teman-teman yang kemarin audiensi (ke DPRD DIY) telah menghitung, kerugiannya akibat penutupan bisa mencapai puluhan miliar,” kata Danang.
Menurutnya ke depan perlu perencanaan yang matang dengan lintas sektor untuk menjaga kawasan pertanian.
Jika Saluran Van Der Wijck dan Selokan Mataram mulai mengalami kerentanan karena usianya yang sudah tua, maka perlu skema baru memenuhi kebutuhan air sektor pertanian di Sleman. (Brd)