YOGYAKARTA – Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengajak masyarakat mencintai produk dalam negeri. “Diharapkan bangsa Indonesia dalam waktu dekat mengandalkan produk dalam negeri,” kata Sukamta, saat tampil berbicara dalam Seminar Merajut Nusantara yang diselenggarakan Bakti Kominfo dan DPR RI, Rabu (20/4/2022).
Seminar bertajuk Digitalisasi untuk Cintai Produk Dalam Negeri itu juga menampilkan pembicara Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ismail Cawidu dan owner Akasia Batik, Agus Haerudin.
Lebih lanjut Sukamta menyampaikan kalau ingin negara ini kuat dan maju, maka semua harus mencintai produksi dalam negeri.
Disadari kebutuhan hidup ini terlalu kompleks, tidak cukup dipenuhi seluruhnya dari produksi dalam negeri. “Tapi setidaknya ada upaya sangat serius dari semua pihak, pemerintah dan masyarakat untuk tidak impor,” jelas dia.
Menurut Sukamtq, gerakan mencintai produk dalam negeri jangan hanya sebatas slogan. Namun gerakan tersebut harus diperkuat dan direalisasikan. “Kita harus mengubah mentalitas ini. Jangan sampai nanti kita tidak punya kemampuan memproduksi,” ujarnya mengingatkan.
Kalau semua impor, lanjut dia, maka ketika masa panen harga jadi an anjlok karena dipenuhi barang impor. Dan, jika produksi pangan dunia menurun, maka negara yang bergantung impor akan kolaps. Ini karena negara produsen akan memprioritaskan dalam negeri sendiri.
Disebutkan salah satu parameter keberhasilan pembangunan diukur dari pertumbuhan. Hari ini parameter itu diukur dari konsumsi atau belanja. Karena itu diharapkan alokasi belanja terbesar untuk produksi dalam negeri
Untuk tidak terlalu banyak impor, Sukamta menilai perlunya menguatkan produk lokal Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Karena harus diakui UMKM merupakan penyangga perekonomian.
Dia sependapat warisan industri yang ada sejak zaman Walisanga, bahkan sebelum bangsa Eropa datang ke Indonesia, harus dikembangkan. Seperti halnya warisan industri keramik, gerabah dan batik. Karena teknologi dan budaya ini masih kita warisi. “Hanya negara yang konsumsinya terpenuhi dengan komponen dalam negeri itu yang survive. Negara yang mengandalkan impor justru dapat persoalan baru,” ingatnya seraya menyebut yang paling menderita sekarang Sri Lanka. Karena kebutuhan sehari-hari mengandalkan impor.
Sedangkan Indonesia disebutnya negeri yang beruntung karena dikaruniai kekayaan Alam. Sehingga bangsa asing menyebut negeri ini seperti potongan surga di muka bumi.
Disampaikan pula saat sekarang, salah satu komponen terpenting zaman digital, yakni komponen baterai untuk alat-alat portabel, berasal dari Indonesia. Dan sebagai salah satu produsen nikel terbesar adalah Indonesia.
Disayangkan sebagai negeri yang dikaruniai alam yang luar biasa, tapi justru suka menjual bahan mentah dan mengimpor produk jadi. Sehingga defisit terus. “Inilah tantangan sebagai bangsa, jadi PR kita semua,” pungkas dia. (bams)
..