Portal Jatim

Rp 915 Ribu per Siswa, Program ODL Semarang Jadi Polemik di SMPN 5 Sidoarjo

Redaksi
×

Rp 915 Ribu per Siswa, Program ODL Semarang Jadi Polemik di SMPN 5 Sidoarjo

Sebarkan artikel ini

SIDOARJO – SMP Negeri 5 Sidoarjo kembali menggulirkan program Outdoor Learning (ODL), kali ini dengan tujuan Semarang pada 7-8 Januari 2024.

Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman belajar langsung di lapangan, terutama dalam bidang sejarah dan sains. Namun, program ambisius ini justru menuai pro dan kontra di kalangan wali murid.

Nominal biaya sebesar Rp 915.000 per siswa menjadi sorotan utama. Bagi sebagian wali murid, angka ini dianggap memberatkan, terutama di tengah kebutuhan lain yang baru saja dipenuhi.

“Kami mendukung ide pembelajaran di luar kelas, tapi jarak dan biayanya terlalu memberatkan. Rasanya ini seperti paksaan,” ujar seorang wali murid yang keberatan.

Meski demikian, Humas SMPN 5 Sidoarjo, Gawat Noor, menegaskan bahwa program ODL ini dirancang sebagai bagian dari kurikulum wajib. Destinasi utama, seperti Lawang Sewu dan Kota Lama Semarang, dipilih untuk memberikan pengalaman belajar sejarah langsung, sementara lokasi lain akan difokuskan pada pembelajaran sains.

“Ini bukan sekadar jalan-jalan. Kami ingin siswa memperluas wawasan mereka melalui interaksi langsung dengan sumber pembelajaran,” jelas Gawat pada Selasa (24/12/2024).

Sebagai respons atas keluhan, sekolah menawarkan opsi alternatif berupa lokasi pembelajaran lokal. “Kami terbuka untuk berdiskusi dan mencari solusi terbaik. Tujuannya adalah memastikan semua siswa tetap mendapatkan pengalaman belajar bermutu,” tambah Gawat.

Sebelumnya, program serupa telah dilakukan di destinasi lokal seperti Candi Pari dan Museum Mojopahit. Namun, kali ini, ODL ke Semarang diharapkan menjadi langkah peningkatan kualitas pendidikan.

Dengan jumlah siswa mencapai 300 orang, perbedaan pendapat diakui menjadi tantangan. Meski demikian, pihak sekolah optimistis bahwa dialog terbuka dengan wali murid akan membantu menjembatani kesenjangan.

“Harapannya, siswa bisa belajar lebih mendalam dari pengalaman langsung, bukan sekadar teori di dalam kelas,” tutup Gawat.

Baca Juga:
Di Hadapan Mahasiswa UNUSA, Menteri Nusron Nyatakan Kebijakan Plasma Ada untuk Pemerataan Ekonomi

Program ini tak hanya menjadi ujian kesepakatan antara sekolah dan wali murid, tetapi juga penentu keberhasilan pembelajaran berbasis pengalaman yang diharapkan mampu menginspirasi generasi muda untuk memahami pelajaran dari dunia nyata.