Berita Internasional

Pesan dari Roma, Ikatan NKRI Lemah, Ini Alasannya

208
×

Pesan dari Roma, Ikatan NKRI Lemah, Ini Alasannya

Sebarkan artikel ini
Pesan dari Roma, Ikatan NKRI Lemah, Ini Alasannya
Dari kiri-kanan : Misa virtual dari Roma, Italia bersama Romo Agustinus Purnomo MSF (Supervisor General Kongregasi MSF), RP Markus Solo Kewuta SVD – Konselebeans Utama dan Romo Paulus Laurentius Pitoy MSC (Assistant Superior General Kongregasi MSC). (Ist)

ROMA|portal-indonesia.com – Ikatan kebangsaan dan spirit keIndonesiaan pada saat ini melemah. Alasan utama adalah telah terjadi polarisasi dalam tubuh bangsa Indonesia, dan ini berakibat kemajemukan bangsa yang seharusnya menjadi kekuatan menjadi kelemahan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan anugerah tersebut.

“Akibatnya, sejak merdeka  Indonesia menghadapi berbagi krisis termasuk politik, relasi sosial budaya, relasi lintas agama, berbagai malapetaka hingga ancaman degradasi moral.  Bahkan, di saat Indonesia menghadapi pandemi, krisis tetap terjadi dengan kondisi masyarakat terbelah dalam berbagai posisi,” kata Pastor RP Markus Solo Kewuta SVD, konselebran utama dalam Misa secara virtual Buka Tahun Baru Bersama Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) XVI – 2021, Sabtu (23/1/2021) malam. Konselebran lain dalam Misa  yang diadakan di Roma, Italia itu adalah  Romo Agustinus Purnomo MSF selaku Superior General Kongregasi MSF, dan Romo Paulus Laurentius Pitoy MSC sebagai Assistant Superior General Kongregasi MSC. Ketiga konselebran itu berasal dari Indonesia.

Markus Solo sebagai Staf Dewan Kepausan untuk Dialog AntarUmat Bergama untuk Tahta Suci dan berkedudukan di Vatikan tersebut menegaskan, krisis yang muncul di Indonesia pada saat ini  terutama disebabkan ada sebagian masyarakat yang tidak mendukung  serta bekerjasama secara jujur dan sekaligus sepenuh hati kepada Presiden yang resmi dipilih secara demokratis.  Hal ini menambah berbagai kompleksitas krisis  yang menambah berbagai persoalan yang dulu belum terpecahkan.

Untuk itu dirinya mengimbau  kepada wartawan Indonesia,  terutama wartawan Katolik  untuk mejaga keutuhan dengan mempererat ikatan dan spirit keIndonesiaan demi utuhnya NKRI. Dengan berpegang pada tiga hal,  yakni percaya pada penyertaan Tuhan, aktif menebarkan benih kasih dan kebenaran, serta terus mengabarkan warta gembira.

Imam asal Nusa Tenggara Timur itu menggarisbawahi dalam menunaikan tugasnya, PWKI menghadapi tantangan yang sebagian warganya berani berada dalam “post-truth era” atau “era pasca-kebenaran”, yang lebih suka menyebar hoax dan fake news daripada kebenaran.

Mengutip pernyataan Rasul Paulus, kelompok masyarakat post truth itu lebih suka memilih menjadi hamba-hamba  yang dapat menghancurkan nilai-nilai kehidupan bersama, daripada menjadi hamba-hamba roh yang menyebarkan nafas-nafas kehidupan yang menyelamatkan. “Tantangan inilah yang harus dihadapi para wartawan, terutama ketika berenang melawan arus, terjadi pertentangan nurani dan bahkan yang melukai integritas,” ujar dia.

Dalam konteks ini, wartawan siapaun orangnya seharusnya menjadi “nabi” (modern) yang hidup di zaman “open society” (masyarakat terbuka) seperti sekarang ini. “Para wartawan harus siap menjadi ‘nabi” yang  berani ditolak, dicemooh ketika harus memperjuangkan kebenaran,” pinta Markus Solo Kewuta.

Wartawan, lanjut dia,  harus menjadi garam dan terang. Para wartawan tidak boleh membiarkan diri dimanipulasi oleh orang lain agar misi  serta jati dirinya menjadi garam yang melezatkan dan terang yang menerangi tidak kabur agar diperoleh kebenaran,” ujar Markus.

Hanya saja, diingatkan Pastor Markus. karena kebenaran cenderung memperhamba manusia atas nama hukum dan aturan, wartawan harus memiliki kasih untuk mengontrol kebenaran itu sendiri. “Kasih adalah DNA, parameter kemuridan Kristus dan akhirnya kebenaran berfungsi untuk memerdekakan kita.”

Hadir secara virtual dalam acara itu Dubes Indonesia untuk Tahta Suci L. Amrih Jinangkung, Dirjen Bimas Katolik Y Bayu Samodro, dan pengusaha Franciscus Welirang n sementara Mekominfo Johnny G. Plate hadir dalam sambutan virtualnya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Buka Tahun Baru Bersama PWKI kali ini juga memberi anugerah “Terima Kasihku Kepadamu” untuk Ketua KPK Komjen Pol Firli Bahuri, Kepala Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wanita inspiratif Anne Avantie yang profesinya sebagai perancang busana.

Paduan suara tampil memeriahkan acara gabungan dari PWKI Pontianak dan Riau TV pimpinan Yupentius Ive, PWKI Kupang pimpihan Hilarius F Jahang, PWKI Semarang pimpinan Valentina Estiningsih, OMK Kawanua Katolik dan dari KompasTV.(*/bams)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *