Portal DIY

Perusahaan Media Harusnya Jadi Referensi Fakta di Tengah Banjirnya Informasi Digital

Portal Indonesia
96
×

Perusahaan Media Harusnya Jadi Referensi Fakta di Tengah Banjirnya Informasi Digital

Sebarkan artikel ini
Kegiatan AMSI yang digelar secara daring

YOGYAKARTA – Disrupsi digital yang dialami perusahaan media ikut berdampak pada rendahnya kepercayaan publik terhadap pers. Perkembangan digital dan teknologi memunculkan kehadiran content creator dan banjirnya informasi, yang sedikit banyak membuat media seolah terpinggirkan.

“Salah satu isu yang paling mengemuka adalah trust serta bagaimana mengembalikan kepercayaan publik kepada media,” kata Wahyu Dhyatmika, Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) pada Diseminasi Modul dan SOP Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) untuk Perusahaan Media secara daring. Kegiatan dilangsungkan secara daring,
Selasa (23/7/2024).

Acara diikuti oleh lebih dari 100 peserta dari berbagai kalangan, seperti pemimpin media, jurnalis, pekerja media, CSO/NGO, dan publik.

Pernyataan Wahyu itu selaras dengan laporan Reuters Institute Digital News Report 2024 yang memperlihatkan tren global penurunan kepercayaan publik terhadap media pemberitaan sampai 40 persen.

Padahal, katanya, perusahaan pers punya banyak kelebihan dibandingkan content creator.  Yaitu menerapkan disiplin kerja jurnalistik, melakukan proses verifikasi dan konfirmasi, serta taat pada kode etik. “Ini seharusnya membuat perusahaan media menjadi referensi fakta di tengah banjir informasi digital.”

Sejak berdiri pada 2017, AMSI memiliki visi utama, yakni membangun media yang bisnisnya sehat dan kontennya berkualitas. Visi itu diwujudkan dengan melaksanakan dua
misi yakni memperkuat sistem produksi dan distribusi jurnalisme berkualitas di platform digital dan
mendukung upaya membangun ekosistem bisnis yang sehat demi keberlanjutan (sustainability) media di Indonesia.

Karena itu,  perusahaan media perlu menegaskan posisinya sebagai benchmark soal
bagaimana seharusnya perusahaan dikelola. Salah satunya dengan mengadopsi nilai-nilai Lingkungan,
Sosial dan tata Kelola (Environmental, Social and Governance, ESG) dalam manajemen perusahaan
media.

Baca Juga:  Pentingnya Netralitas ASN dalam Pilwalkot Yogyakarta

Diskursus mengenai ESG juga kerap dihubungkan dengan pentingnya penerapan kesetaraan
gender, keberagaman dan inklusivitas (Gender Equality, Diversity and Inclusion) atau GEDI di dalam perusahaan.

Menurut Wahyu, perusahaan media digital tidak boleh hanya berpikir tentang bagaimana mengelola audiensnya, bagaimana memperoleh manfaat dari produk yang diterbitkan. Akan tetapi juga mengedepankan prinsip pengelolaan yang baik dan beretika serta mematuhi prinsip-prinsip ESG. Bagaimana cara kita mencapai itu? “Karena itulah AMSI menyusun Modul dan SOP Penanganan dan Pencegahan Kekerasan Berbasis
Gender Online (KBGO).”. (bams)

*) Ikuti Berita Terbaru Portal Indonesia di Google News klik disini dan Jangan Lupa di Follow.