Portal DIY

Pelepasan 73 Burung Perkutut Tandai Pembukaan Dies UGM ke -73

6
×

Pelepasan 73 Burung Perkutut Tandai Pembukaan Dies UGM ke -73

Sebarkan artikel ini
Pelepasan 73 Burung Perkutut Tandai Pembukaan Dies UGM ke -73
Pelepasan burung perkutut (Ist)

YOGYAKARTA – Pelepasan 73 ekor burung perkutut dan pemukulan gong menandai
dibukannya rangkaian kegiatan Dies UGM ke-73 di halaman Balairung, Jumat (23/9/2022).

Pembukaan dies diawali
dengan gerakan pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) di lingkungan kampus UGM. Kegiatan ini bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional.

Dies UGM tahun ini diselenggarakan Agrokomplek  dengan mengambil tema Pangan Berdaulat Bangsa Bermartabat. Tema ini dipilih berdasarkan peran vital dan strategis pangan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dalam hal ni UGM berkomitmen untuk berkontribusi dalam mengatasi persoalan krisis pangan global yang menjadi perhatian negara-negara hampir di seluruh
dunia.

Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG (K)
mengatakan ketersediaan komoditas pangan merupakan salah satu tantangan mendasar yang dihadapi banyak negara.
Bahkan bisa mempengaruhi dinamika politik secara keseluruhan. Karena itu sektor pertanian menjadi salah satu unsur penopang yang memegang peran sangat penting dalam pemenuhan komoditas pangan tersebut.

Menurut dia, bangsa Indonesia kini menghadapi beberapa isu penting di bidang pertanian. Di tengah dilema antara pemenuhan kebutuhan pangan dan persaingan penggunaan lahan pertanian produktif untuk orientasi pembangunan.

“Lahan pertanian kita semakin menipis dengan adanya perubahan fungsi lahan produktif,” sebut Prof Ova seraya memperkirakan
100 ribu hektar lahan pertanian telah menjadi lahan non produktif dan diprediksi tahun 2056 lahan pertanian akan habis.

Selain itu, dampak negatif revolusi hijau terhadap lingkungan menimbulkan degradasi kualitas tanah akibat praktek pertanian yang kurang memperhatikan aspek konservasi lahan dan penggunaan bahan bahan agrokimia berlebihan.

Kondisi ini semakin menunjukkan krisis dengan adanya perubahan iklim yang mengakselerasi degradasi tanah yang meningkatkan potensi bencana kekeringan.

Berbagai persoalan di bidang pertanian ini,  menurut dia perlu menjadi perhatian bersama. Jika ingin mewujudkan kedaulatan pangan. Sebab  pemenuhan pangan harus  dilakukan dari tingkat hulu dan hilir dimana bahan pangan masyarakat ke semuanya berasal dari hasil produksi sendiri. “Bukan ketergantungan dari impor,” jelas Prof Ova. (bams)