NGANJUK – Pelestarian cagar budaya di Kabupaten Nganjuk kini menghadapi tantangan serius akibat minimnya alokasi anggaran dari APBD. Kegiatan perlindungan dan penyelamatan situs sejarah nyaris lumpuh karena sebagian besar dana habis digunakan untuk menggaji 11 juru pelihara situs.
Kondisi ini diperparah dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat, yang menyebabkan banyak cagar budaya dijual, dirusak, bahkan dihilangkan tanpa pertanggung jawaban.(25/6/2025)
Masyarakat Nganjuk sebagai pemilik warisan budaya serta para juru pelihara situs adalah pihak yang paling terdampak dari lemahnya perhatian terhadap pelestarian budaya. Selain itu, generasi muda pun terancam kehilangan jejak sejarah daerahnya.
Menurut Kepala Bidang Kebudayaan, Amin Fuadi, keterbatasan anggaran operasional menjadi penyebab utama terhambatnya berbagai program sosialisasi dan penyelamatan. Imbal jasa untuk kegiatan penyelamatan cagar budaya pun dinilai masih sangat kurang, meski sudah ada penganggaran menyesuaikan perkembangan.
“Masalah ini terjadi di berbagai situs cagar budaya yang tersebar di wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, termasuk yang saat ini sudah tidak lagi utuh akibat ulah masyarakat yang kurang memiliki kesadaran sejarah,” jelasnya.
Amin Fuadi juga menyoroti ketimpangan dalam prioritas penganggaran kegiatan kebudayaan. “Cuma yang diunggulkan dalam kebudayaan kok seni pertunjukan yang bisa menghadirkan banyak orang saja. Kebudayaan lain kalah dari sisi penganggarannya,” tegasnya.
Masalah minimnya dukungan terhadap pelestarian sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir, namun dampaknya makin terasa seiring waktu, terlebih saat kegiatan edukasi dan sosialisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Keberadaan cagar budaya bukan hanya soal warisan sejarah, tetapi juga potensi pariwisata dan identitas daerah. Jika dibiarkan tanpa perlindungan, Nganjuk bukan hanya kehilangan artefak penting, tapi juga melewatkan peluang ekonomi dan pendidikan budaya.
Hingga kini belum ada program penyadaran masyarakat yang berjalan aktif. Pihak terkait berharap ada dukungan lebih besar dari pemerintah daerah serta keterlibatan masyarakat dalam menjaga dan melestarikan situs-situs bersejarah. Sementara itu, pengelolaan museum yang ditopang dana APBN tetap berjalan baik dan menunjukkan tren peningkatan kunjungan tiap tahun.
Dengan kondisi ini, perlu ada evaluasi menyeluruh serta penambahan anggaran agar cagar budaya Nganjuk tidak tinggal nama di masa mendatang. (Sr)