Portal Jateng

Menjadi Cerdas Jika Tak ingin Dilindas

Portal Indonesia
159
×

Menjadi Cerdas Jika Tak ingin Dilindas

Sebarkan artikel ini
Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro didampingi moderator Aloysius Primoryza Bimas Dewanto dari Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA)Keuskupan Purwokerto memaparkan teknologi AI dalam sarasehan kebangsaan (Ist)

PURWOKERTO – Generasi muda yang saat ini usia 17-19 tahun sudah seharusnya menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk mempersiapkan diri dan menguasai bidang masing-masing. Pasalnya? Mereka nantinya yang bakal menduduki tampuk pimpinan nasional.

Taprof Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro menyebut saingan utama para calon pemimpin masa depan Indonesia adalah Aritificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan. Sehingga, jika generasi muda saat ini tidak mendidik diri menjadi cerdas dan bertanggung jawab, maka akan dilindas oleh AI yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk,  termasuk robot yang cerdas.

“Bahkan bukan tidak mung dikin, kelak akan muncul pemimpin yang adalah robot,”  kata Putut dalam sarasehan kebangsaan yang digelar Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Agung Purwokerto, di Balai Julianus, Minggu (10/11/2024).

Sarasehan bertema “Menjadi Pemilih Cerdas dan Bertanggungjawab” juga menghadirkan pembicara Sufi Sahlan Ramadhan SPd –Anggota KPU Kabupaten Banyumas. Acara dimoderatori Aloysius Primoryza Bimas Dewanto — Pengurus ISKA(Ikatan Sarjana Katolik Indonesia)  Keuskupan Purwokerto.

Kegiatan diikuti  lebih dari 100  generasi muda se-Keuskupan Purwokerto, dan beberapa tokoh senior termasuk Elly Kusumawati Handoko, Ketua Presidium (Kapres) Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) periode 2023- 2028.

Putut berharap para sarasehan nantinya bakal memegang tampuk pimpinan nasional di Indonesia Emas 2045. Namun demikian tidak mudah menduduki tampuk pimpinan atau jabatan yang mereka impikan. Karena harus bersaing dengan ratusan juta calon pemimpin masa depan Indonesia lainnya. “Saat ini persaingan sudah dimulai,“ sebutnya.

Putut mengingatkan waktu yang tersisa bagi generasi muda saat ini untuk mempersiapkan diri adalah 21 tahun. Jika ditambah dengan usia mereka saat ini, kira-kira pada tahun 2045 mereka berusia 38 – 40 tahun. “Pada waktu itu Indonesia telah berubah, menyesuaikan perubahan dunia secara keseluruhan,” katanya.

Baca Juga:
Polda Sumsel Tegaskan Komitmen untuk Netral dalam Pilkada

Digitalisasi, lanjutnya, sudah menjadi kehidupan sehari-hari dan menyeluruh seluruh Indonesia. “Apa yang ditampilkan hari ini, mungkin akan menjadi hal yang kuno pada waktu kalian memimpin negeri ini,“ duganya.

Untuk merealisasikan penjelasannya tentang masa depan, Putut sengaja menggunakan AI dalam presentasinya. Screen atau layar tampilan, lanjutnya,  tidak seperti yang dilihat seperti saat ini. Ada mobil terbang, ada motor terbang dan  banyak pekerjaan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Pada akhirnya, persaingan pekerjaan tidak hanya dengan manusia saja, tetapi juga dengan AI. Dan bukan tidak mungkin, AI akan menjadi pemimpin manusia karena kecerdasannya tidak tertandingi manusia.

Pertanyaannya; “Kalian mau membawa Indonesia ke mana? Apa yang akan kalian persiapkan bagi diri sendiri agar kelak menjadi pemimpin nasional?” tanyanya.

Orangtua, pesan Putut, harus tahu perubahan yang akan terjadi di masa depan. Sehingga dalam konteks ini, orangtua dapat memersiapkan anak-anaknya untuk menghadapi tantangan masa depan.

“Jangan asyik dan terpaku pada tayangan yang ada di instagram atau tiktok ataupun media sosial lainnya. Demi anak-anaknya, orangtua harus mencermati perubahan dunia yang semakin cepat akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,” ujarnya.

Diuraikan lanjut, pada 2045 dunia akan berpenduduk sekitar 9 miliar. Kebutuhan terpenting adalah pangan, air dan energi (sumber kekayaan alam). Ketiga hal ini akan menjadi picu atau penyebab munculnya perang baru. Perang Ukraina dan Russia terjadi salah satunya karena sumber air tawar. Untuk itulah, persaingan persenjataan militer semakin jelas terlihat sekarang. Pembentukan blok kekuatan militer juga jelas tergambar.

Karena Indonesia kaya akan sumber pangan, air dan energi, maka Indonesia akan menjadi target utama negara adidaya. Target untuk dikuasai. Salah satu cara menguasai Indonesia adalah melalui ekonomi, bantuan finansial. Selain melalui ekonomi, negara adidaya menguasai Indonesia dengan memanfaatkan karakter buruk bangsa Indonesia, yakni adu domba.

Baca Juga:
Guyub Rukun Merayakan Idul Adha Warga Perum Griya Satria Bantarsoka

Ini karena sejarah membuktikan, penjajahan berabad di Nusantara terjadi karena praktik adu domba, antarsuku, antarpemimpin lokal, antarraja dan lainnya.

Sila Ketiga Pancasila

Taprof Lemhannas itu juga menegaskan, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, sumber norma dan juga filosofi kehidupan bangsa merupakan ideologi yang paling pas bagi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai perbedaan. Kebhinnekaan Indonesia terlihat dari banyaknya suku, bahasa, budaya, agama dan bahkan juga makanan.

Karena itu Pancasila disebutkan merupakan kekayaan paling bernilai  bangsa Indonesia yang tidak ada di manapun juga. Pancasila menjadi dasar bagi tujuan dan cita-cita nasional sebagaimana termuat dalam pembukaan UUD 1945.

Terkait dengan Pancasila, Putut menekankan pentingnya sila ketiga, persatuan Indonesia. Karena jika ingin menguasai Indonesia, cara yang paling mudah yakni menghancurkan sila ketiga tersebut. Caranya dengan mengadu domba, yang bisa menimbulkan konflik. Konflik antaragama, antarsuku, antarras. Antara orang miskin dan kaya, antarsiswa, antarmahasiswa, antarorangtua dan sebagainya.  Dan, bangsa asing sangat mengetahui kekuatan Indonesia bersumber pada persatuannya.

Karena itu ditegaskan, tidak ada pilihan lain bagi generasi muda untuk mendidik diri menjadi cerdas. (bams)