Portal DIY

Kisah Djaminten Akhiri 2021

198
×

Kisah Djaminten Akhiri 2021

Sebarkan artikel ini
Kisah Djaminten Akhiri 2021
Dari kiri : Resmiyati dan Timur Sinar Suprabana (Ist)

YOGYAKARTA – Mengakhiri tahun 2021, Sastra Bulan Purnama (SBP) akan diisi pembacaan prosa lirik karya Resmiyati, yang diterbitkan dalam buku berjudul ‘Djaminten’. SBP kali ini masih dalam format Poetry Reading From Home, dan akan live di youtube Sastra Bulan Purnama, Minggu (19/12/2021) pukul 19.30 WIB

Menurut Koordinator SBP, Ons Untoro selain Resmiyati yang akan membacakan karyanya sendiri, siap tampil     tampil pula beberapa   penyair   dan   pemain   teater  yang juga  pecinta   sastra.  Seorang   penyair  yang tinggal  di  Semarang,  Timur  Sinar  Suprabana  akan  membacakan  2  karya  Resmiyati.  Dua pemain teater dari Yogya, Ami Simatupang dan Eko Winardi, masing-masing membacakan satu karya Resmiyati yang ada di dalam buku Djaminten.

Beberapa nama lain yang bakal membacakan prosa lirik karya Resmiyati, Dharmadi Espe,   penyair   dari   Temanggung,   Gunawan   Budi   Susanto,   penyair   dari   Semarang,   Cicit Kaswami, penulis naskah lakon Jawa dari Yogya, Ninuk Retno Raras, cerpenis dari Yogya, Rosana Hariyanti, pengajar dari FIB Universitas Brawijaya, Malang dan Rita Ratnawulan,seorang pecinta sastra dari Jakarta.

Tiga   nama   lainnya   akan   memberikan   testimoni   mengenai   karya   Resmiyati,   yangberjudul   ‘Djaminten’.   Ketiga   nama   tersebut   ialah,   Yanti   S.Sastro   Prayitno,   Achiar   M.Permana dan Mujiyana Abdul Kadir.

Resmiyati yang sehari-harinya seorang  guru  SMA di Klaten, dan aktif  menulis.Sejumlah   buku   sudah   diterbitkan,   di   antaranya   berjudul   ‘Membelah   Bulan’,   ‘TetanggaSurga’. Sepi yang Kesepian’ dan beberapa judul buku lainnya.

Menyangkut buku ‘Djaminten’, Prof. Dr. Faruk, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM   menyebut buku   Djaminten,   sebuah   buku   yang   unik.   Tipografinya   menyerupai puisi. Namun bahasanya prosaik.  Cara penuturannya naratif, bahkan terdapat dialog-dialog di dalamnya. Sehingga mengesankan sebagai sebuah cerpen.

“Kalau dilihat dari cara penuturannya dan penggambaran yang cukup rinci mengenai lingkungan fisik maupun kultural daerah itu, buku ini bisa juga disebut sebagai sebuah cerita etnografis” ujar Faruk.

Resmiyati,  sebagai  penulis  buku  menyebut  buku  berjudul  Djaminten  ini merupakan refleksi terhadap praktik kehidupan desa, dalam rupa tokoh Djaminten. “Buku   tentang   rekaman   peristiwa   harian   di   lingkungan   tempat   saya   tinggal. Peristiwa yang bersinggungan dengan adat kebiasaan, budaya sekaligus marwah desa” ujar Resmiyati.

Arieyoko, seorang penyair, menyebut buku karya Resmiyati ini berbeda dari karya sastra lainnya, yang dibebani kredo. Bisa dikatakan, karya Resmiyati ini nyempal dari kredo. “Buku ini memiliki keunikan dan kekhasannya tersendiri” kata  Arieyoko.

Di SBP yang diselenggarakan setiap bulan dan sudah berlangsung selama 10 tahun, Resmiyati pernah tampil beberapa kali membacakan puisi bersama  penyair lainya   dari   kota   berbeda. Dan   pernah   pula   meluncurkan   buku   karyanya  berjudul Membelah Bulan. (bams)