YOGYAKARTA – Mengakhiri tahun 2021, Sastra Bulan Purnama (SBP) akan diisi pembacaan prosa lirik karya Resmiyati, yang diterbitkan dalam buku berjudul ‘Djaminten’. SBP kali ini masih dalam format Poetry Reading From Home, dan akan live di youtube Sastra Bulan Purnama, Minggu (19/12/2021) pukul 19.30 WIB
Menurut Koordinator SBP, Ons Untoro selain Resmiyati yang akan membacakan karyanya sendiri, siap tampil tampil pula beberapa penyair dan pemain teater yang juga pecinta sastra. Seorang penyair yang tinggal di Semarang, Timur Sinar Suprabana akan membacakan 2 karya Resmiyati. Dua pemain teater dari Yogya, Ami Simatupang dan Eko Winardi, masing-masing membacakan satu karya Resmiyati yang ada di dalam buku Djaminten.
Beberapa nama lain yang bakal membacakan prosa lirik karya Resmiyati, Dharmadi Espe, penyair dari Temanggung, Gunawan Budi Susanto, penyair dari Semarang, Cicit Kaswami, penulis naskah lakon Jawa dari Yogya, Ninuk Retno Raras, cerpenis dari Yogya, Rosana Hariyanti, pengajar dari FIB Universitas Brawijaya, Malang dan Rita Ratnawulan,seorang pecinta sastra dari Jakarta.
Tiga nama lainnya akan memberikan testimoni mengenai karya Resmiyati, yangberjudul ‘Djaminten’. Ketiga nama tersebut ialah, Yanti S.Sastro Prayitno, Achiar M.Permana dan Mujiyana Abdul Kadir.
Resmiyati yang sehari-harinya seorang guru SMA di Klaten, dan aktif menulis.Sejumlah buku sudah diterbitkan, di antaranya berjudul ‘Membelah Bulan’, ‘TetanggaSurga’. Sepi yang Kesepian’ dan beberapa judul buku lainnya.
Menyangkut buku ‘Djaminten’, Prof. Dr. Faruk, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM menyebut buku Djaminten, sebuah buku yang unik. Tipografinya menyerupai puisi. Namun bahasanya prosaik. Cara penuturannya naratif, bahkan terdapat dialog-dialog di dalamnya. Sehingga mengesankan sebagai sebuah cerpen.
“Kalau dilihat dari cara penuturannya dan penggambaran yang cukup rinci mengenai lingkungan fisik maupun kultural daerah itu, buku ini bisa juga disebut sebagai sebuah cerita etnografis” ujar Faruk.
Resmiyati, sebagai penulis buku menyebut buku berjudul Djaminten ini merupakan refleksi terhadap praktik kehidupan desa, dalam rupa tokoh Djaminten. “Buku tentang rekaman peristiwa harian di lingkungan tempat saya tinggal. Peristiwa yang bersinggungan dengan adat kebiasaan, budaya sekaligus marwah desa” ujar Resmiyati.
Arieyoko, seorang penyair, menyebut buku karya Resmiyati ini berbeda dari karya sastra lainnya, yang dibebani kredo. Bisa dikatakan, karya Resmiyati ini nyempal dari kredo. “Buku ini memiliki keunikan dan kekhasannya tersendiri” kata Arieyoko.
Di SBP yang diselenggarakan setiap bulan dan sudah berlangsung selama 10 tahun, Resmiyati pernah tampil beberapa kali membacakan puisi bersama penyair lainya dari kota berbeda. Dan pernah pula meluncurkan buku karyanya berjudul Membelah Bulan. (bams)