BeritaPortal Jatim

Keluh Kesah Petani di Probolinggo Menjadi Atensi Ketua Pertani HKTI Jatim

39
×

Keluh Kesah Petani di Probolinggo Menjadi Atensi Ketua Pertani HKTI Jatim

Sebarkan artikel ini
Keluh Kesah Petani di Probolinggo Menjadi Atensi Ketua Pertani HKTI Jatim
Dr. Lia Istifhama, Ketua Pertani HKTI Jatim, saat foto bersama Presiden Jokowi. (Ist)

PROBOLINGGO – Dr. Lia Istifhama, Ketua Perempuan Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (Pertani HKTI) Jatim, Minggu, (10/10/2021) lalu, melakukan kunjungan ke beberapa daerah. Salah satunya, desa Gunung Bekel Kecamatan Tegal Siwalan Kabupaten Probolinggo.

Kedatangannya di salah satu wilayah defisit air ini disambut para petani setempat.

Kemudian, rombongan melanjutkan acara dengan meninjau petani tanaman padi, tembakau dan cabe yang diduga rusak akibat terpapar limbah tambak udang yang berlokasi di Dusun Mandaran Desa Pondok Kelor Kecamatan Paiton dan Dusun Karang Anom Desa Karanganyar Kecamatan Paiton.

Kunjungan rombongan Pertani HKTI Jatim , didampingi tim dari pupuk organik Biotani, Tjandra Koordinator LBH Cinta Keadilan Semesta (CKS) wilayah Jatim-7, dan Sulis Riyanto, Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Korma Nusantara.

Dr Lia Istifhama menjelaskan bahwa kunjungan tersebut murni bentuk empati pada petani.

“Kami merupakan organisasi perempuan. Dan kita semua tahu, bahwa perempuan jiwa empatinya sangat tinggi. Ini sebabnya kami kemudian turun diberbagai kabupaten kota dengan tujuan penguatan peran perempuan di tengah masyarakat. Termasuk saat kami turun dan melihat langsung wilayah defisit air. Padahal ketersediaan air dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari warga dan pertanian disana, terutama tanaman tebu merah yang mereka kelola.”, tutur Ning Lia, sapaan akrab Dr Lia Istifhama saat dihubungi via selulernya, Senin (18/10)

Aktivis asal Surabaya tersebut, juga menjelaskan terkait kunjungannya di area persawahan yang diduga tercemar limbah dari perusahaan tambak udang. Pasalnya, kunjungan tersebut memantik perhatian banyak pihak.

“Saya kaget saat tahu bahwa kunjungan tersebut menarik perhatian banyak pihak. Namun dari sini, saya bersyukur dan berharap bisa menjadi referensi banyak pihak agar sama-sama memikirkan nasib petani. Sama peduli dan terbuka mata hati.”, tegasnya.

“Petani yang kami kunjungi, yaitu di Pondok Kelor dan Karang Anyar, selalu gagal panen bertahun-tahun akibat buangan air limbah dari pabrik yang berdampingan dengan area persawahan.”, ungkapnya.

Lebih lanjut, ning Lia tidak menyalahkan salah satu pihak tertentu, namun ingin ada solusi yang terbaik bagi semua pihak, terutama petani.

“Kita semua kan tentunya cinta pertanian dan paham betapa sulitnya perjuangan petani. Kalau sudah proses tanam penuh perjuangan, tapi kemudian panennya gagal, maka akan sangat kasihan mereka. Hal ini yang seharusnya jadi perhatian kita semua. Saya kira pasti ada solusi jika benar-benar mau melihat fakta dan realita.”, pungkasnya.

Perlu diketahui, bidang sawah yang rusak dengan dugaan terkena dampak saluran pembuangan diduga limbah tersebut, berdampingan dengan lahan sekaligus perusahaan pengolahan tambak udang yang memiliki lahan seluas sekitar 32 hektar yang diduga limbahnya menyebabkan gangguan lahan pertanian.

Gangguan pada lahan pertanian, menurut para petani diakibatkan oleh beberapa faktor. Diduga karena adanya rembesan air dari dalam tambak yang mengakibatkan lahan pertanian tercemar dengan air yang berkadar garam tinggi. Hingga menyempitnya aliran sungai akibat adanya pembangunan dari tambak.

“Sungai pembuangan air ke laut semakin sempit. Dari yang awalnya sekitar 15 meter, kini menjadi 2 meter. Nah saat air pasang, lahan air yang dari laut itu naik ke lahan sawah petani. Menyebabkan gagal panen. Sungai itu berada di tengah-tengah tambak.“, kata Abai, salah satu warga yang hadir mendampingi Ning Lia saat itu.(3R)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *