KesehatanArtikel, Tips & Edukasi

Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Gel Ekstrak Daun Sirsak sebagai Antibakteri

portal-indonesia.com
1367
×

Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Gel Ekstrak Daun Sirsak sebagai Antibakteri

Sebarkan artikel ini
Gel Ekstrak Daun Sirsak
Daun Sirsak (portal-indonesia.com)

Daun sirsak (Annona muricata) dikenal memiliki berbagai manfaat kesehatan, salah satunya adalah sebagai antibakteri alami. Kandungan senyawa aktif seperti flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid dalam daun sirsak telah diteliti memiliki efek antimikroba terhadap berbagai bakteri patogen. Dengan perkembangan ilmu farmasi, ekstrak daun sirsak dapat diformulasikan ke dalam berbagai bentuk sediaan topikal, salah satunya dalam bentuk gel.

Gel merupakan salah satu bentuk sediaan topikal yang banyak digunakan karena memiliki tekstur yang mudah diaplikasikan, memberikan sensasi dingin di kulit, serta mampu meningkatkan penyerapan zat aktif. Namun, dalam proses formulasi gel, perlu dilakukan uji stabilitas untuk memastikan bahwa sediaan tetap efektif dan tidak mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi kualitasnya selama penyimpanan.

Artikel ini akan membahas formulasi gel ekstrak daun sirsak serta uji stabilitasnya untuk menilai kestabilan sediaan dalam berbagai kondisi penyimpanan.

Formulasi Gel Ekstrak Daun Sirsak

Seperti yang tertulis di laman pafimalukutenggara.org, Pembuatan gel ekstrak daun sirsak memerlukan beberapa tahap penting, mulai dari ekstraksi bahan aktif hingga pencampuran dalam basis gel.

1. Ekstraksi Daun Sirsak

Langkah pertama dalam formulasi adalah mengekstraksi senyawa aktif dari daun sirsak. Metode ekstraksi yang umum digunakan adalah maserasi atau refluks dengan pelarut etanol. Proses ekstraksi dilakukan dengan langkah berikut:

  1. Daun sirsak segar dicuci bersih, dikeringkan, lalu dihancurkan menjadi serbuk kasar.
  2. Serbuk daun sirsak direndam dalam etanol dengan perbandingan tertentu dan dibiarkan selama 24 hingga 48 jam sambil sesekali diaduk.
  3. Filtrat hasil maserasi disaring dan diuapkan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.
  4. Ekstrak dikeringkan dan disimpan dalam wadah tertutup sebelum digunakan dalam formulasi gel.

2. Pembuatan Basis Gel

Basis gel berfungsi sebagai media penghantaran ekstrak ke kulit serta menentukan sifat fisik sediaan. Bahan utama dalam pembuatan gel meliputi:

  • Carbopol 940, sebagai gelling agent yang memberikan viskositas pada sediaan.
  • Propilen glikol, sebagai humektan untuk menjaga kelembaban kulit.
  • Trietanolamin (TEA), sebagai pengatur pH agar gel nyaman digunakan di kulit.
  • Metil paraben dan propil paraben, sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam sediaan.
  • Akuades, sebagai pelarut utama.
Baca Juga:
Farmasi Forensik, Mengungkap Kasus Melalui Analisis Obat

3. Proses Pembuatan Gel

Setelah ekstrak daun sirsak siap, proses formulasi gel dilakukan dengan langkah berikut:

  1. Carbopol 940 dilarutkan dalam akuades dan diaduk hingga mengembang.
  2. Ekstrak daun sirsak dilarutkan dalam propilen glikol dan dicampurkan ke dalam larutan carbopol.
  3. Larutan diaduk merata, kemudian ditambahkan TEA sedikit demi sedikit hingga pH sediaan berada dalam kisaran 5-7.
  4. Setelah homogen, ditambahkan pengawet dan diaduk kembali hingga semua bahan tercampur sempurna.
  5. Gel yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan disimpan pada suhu kamar.

Uji Stabilitas Gel Ekstrak Daun Sirsak

Uji stabilitas dilakukan untuk memastikan bahwa gel tetap stabil dalam berbagai kondisi penyimpanan. Parameter yang diuji meliputi perubahan warna, bau, konsistensi, pH, serta aktivitas antibakteri selama periode tertentu.

1. Uji Organoleptik

Uji ini bertujuan untuk menilai perubahan warna, bau, dan tekstur sediaan selama penyimpanan. Gel yang baik harus tetap memiliki warna dan aroma yang tidak berubah serta konsistensi yang stabil. Jika terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap atau muncul bau yang tidak diinginkan, maka dapat mengindikasikan adanya degradasi bahan aktif.

2. Uji pH

pH gel perlu dijaga agar sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 5-7. Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter pada hari ke-0, ke-7, ke-14, dan ke-30 setelah penyimpanan. Jika pH mengalami perubahan drastis, maka dapat mempengaruhi kenyamanan penggunaan dan stabilitas zat aktif dalam gel.

3. Uji Viskositas

Viskositas menentukan kekentalan gel dan kestabilan bentuk sediaan. Uji ini dilakukan menggunakan viskometer untuk memastikan bahwa gel tidak menjadi terlalu cair atau terlalu kental selama penyimpanan. Jika viskositas berkurang secara signifikan, maka dapat mengindikasikan adanya degradasi polimer penyusun gel.

Baca Juga:
Apa itu PAFI? Mengenal Sejarah Organisasi Persatuan Ahli Farmasi Indonesia

4. Uji Stabilitas pada Berbagai Suhu

Gel diuji dalam tiga kondisi suhu, yaitu suhu kamar (25°C), suhu dingin (4°C), dan suhu tinggi (40°C). Setelah periode penyimpanan tertentu, gel dievaluasi untuk melihat apakah terjadi perubahan signifikan dalam sifat fisik dan kimianya.

5. Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram terhadap bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah gel tetap memiliki efek antibakteri setelah penyimpanan. Jika daya hambat bakteri menurun secara signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak mengalami degradasi.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan uji stabilitas yang dilakukan, gel ekstrak daun sirsak umumnya menunjukkan kestabilan yang baik dalam kondisi penyimpanan pada suhu kamar dan suhu dingin. Perubahan warna dan bau minimal, serta tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme yang mengindikasikan kerusakan sediaan.

Namun, pada penyimpanan suhu tinggi (40°C), beberapa perubahan dalam viskositas dan pH mulai terlihat setelah 14 hari penyimpanan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh degradasi polimer atau perubahan struktur senyawa aktif akibat suhu tinggi. Oleh karena itu, penyimpanan pada suhu kamar atau suhu rendah lebih direkomendasikan untuk mempertahankan stabilitas gel dalam jangka panjang.

Selain itu, uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa daya hambat gel terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli tetap efektif selama periode penyimpanan, terutama pada kondisi suhu kamar dan suhu dingin.

Kesimpulan

Gel ekstrak daun sirsak berhasil diformulasikan dengan stabilitas yang baik dalam kondisi penyimpanan yang sesuai. Uji stabilitas menunjukkan bahwa sediaan tetap stabil dalam hal warna, bau, viskositas, dan pH, terutama pada penyimpanan suhu kamar dan suhu dingin. Selain itu, aktivitas antibakteri tetap efektif selama penyimpanan, yang menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak tetap aktif dalam sediaan gel.

Baca Juga:
Temukan Banyak Pengalaman Perawatan Gigi Terbaik di Salah Satu Dental Clinic Jakarta: Happy Dental Clinic Cabang Grand Indonesia

Untuk mempertahankan kualitas gel dalam jangka panjang, disarankan agar penyimpanan dilakukan pada suhu kamar atau dalam lemari pendingin. Dengan demikian, gel ekstrak daun sirsak dapat menjadi alternatif sediaan topikal alami yang efektif dalam mengatasi infeksi bakteri.