PURWOKERTO – Kasus HIV/AIDS di Banyumas menempati peringkat kedua se-Jateng. Hal itu turut dipengaruhi oleh tingginya mobilitas masyarakat serta tempat hiburan di wilayah itu.
Lebih mengkhawatirkan lagi, dalam satu bulan rata-rata ada 40 orang di Banyumas terjangkit HIV/AIDS.
“Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Banyumas tergolong tinggi karena mencapai lebih dari 4.000 orang,” terang Kepala Sekretariat KPA Banyumas Suwondo Geni, usai menandatangani akta kesepakatan dengan Kemenag, dalam menanggulangi persoalan HIV/AIDS, di Banyumas, Rabu (23/10/2024).
Oleh karena itu, KPA Banyumas menandatangani komitmen bersama dengan Kemenag Banyumas agar jangan sampai di pondok-pondok pesantren yang merupakan tempat sakral, ada yang terkena HIV/AIDS.
Suwondo menyampaikan, bahwa KPA sudah lama berkoordinasi dengan Kemang dalam penanganan masalah ini. Khususnya untuk dilakangan santri. Maka dari itu dibuatkan akta kesepakatan untuk lebih memantapkan langkah dalam penanganan. Sesuai dengan tema peringatan Hari Santri Nasional 2024 berupa ‘Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan’.
Lebih lanjut disampaikan bahwa saat ini sudah mulai melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan pesantren maupun masyarakat melalui kerja sama dengan penyuluh agama, Fatayat Nahdlatul Ulama, dan organisasi keagamaan lainnya.
Ia mengharapkan, materi sosialisasi yang diberikan KPA Kabupaten Banyumas kepada para penyuluh agama dapat diteruskan kepada masyarakat.
“Tapi yang jelas, kami, KPA Kabupaten Banyumas berkomitmen, jangan sampai korban-korban yang terkena HIV/AIDS utamanya di lingkup pondok pesantren dan anak-anak kita, para santri, itu bertambah lagi,” katanya.
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banyumas Ibnu Asaduddin mengatakan berdasarkan data kasus HIV/AIDS di Banyumas menempati peringkat kedua se-Jawa Tengah. Untuk itu menurutnya, semua harus bergerak.
“Kementerian Agama dan KPA harus hadir melalui penandatanganan komitmen pengentasan HIV/AIDS di Banyumas,” katanya.
Ia mengatakan salah satu langkah yang akan dilakukan Kemenag Kabupaten Banyumas berupa penyelenggaraan sosialisasi di pondok pesantren secara terjadwal, termasuk sosialisasi ke muslimat terutama ibu-ibu.
Ia menambahkan karena penularan HIV/AIDS banyak terjadi melalui penyimpangan orientasi seksual berupa lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
“Jadi jangan sampai anak-anak dibiarkan berkomunikasi melalui WhatsApp, Facebook, dan sebagainya karena ada grup tersendiri tentang LGBT itu, sehingga orang tua harus hadir, dan kita berjuang agar Banyumas terbebas dari HIV/AIDS,” kata Ibnu. (trs)