Portal Jateng

Awal Mula Adanya Kambing Etawa di Kaligesing, Ini Kisahnya

264
×

Awal Mula Adanya Kambing Etawa di Kaligesing, Ini Kisahnya

Sebarkan artikel ini
Awal Mula Adanya Kambing Etawa di Kaligesing, Ini Kisahnya
Kambing Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah.

PURWOREJO – Kambing Etawa atau yang sekarang sudah dipatenkan oleh Pemerintah melalui Kementrian Pertanian Republik Indonesia melalui SK Menteri Pertanian nomor 2591/Kpts/PD.400/7/2010 tentang penetapan galur, namanya menjadi kambing Kali gesing.

Kambing jenis ini diketahui sebagai plasma nutfah asli dari Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dan sangat terkenal karena ukuran besar, harganya mahal dengan khasiat susunya yang luar biasa.

Namun tahukah kalian? Ternyata, kambing Kaligesing pertama kali dikembangbiakkan di Kecamatan Kaligesing.

Kambing Kaligesing yang kini telah menjadi komiditas nasional, harganya mencapai ratusan juta, merupakan hasil perkawinan silang antara kambing India, Jamnapari dan kambing lokal kaligesing.

“Sejarah adanya kambing Etawa atau Kambing Kaligesing, pada saat pemerintahan Hindia Belanda, mereka membawa kambing India, jenis jamnapari ke indonesia, salah satunya ke kaligesing, Kemudian kambing pejantan jamnapari itu dikawinkan dengan kambing lokal kaligesing, jadilah kambing jenis “Peranakan Etawa,” ucap Supriyono Hadi, Selasa (19/12/2023).

Menurut Supriyono, setelah Indonesia merdeka, perintah berusaha mengembangbiakan kambing Peranakan Etawa. Kambing- Kambing yang tidak layak untuk bibit dikastrasi, dan yang layak bibit saat itu dibeli dengan harga lebih mahal oleh pemerintah, untuk disebarkan dan ditangkarkan ke seluruh Indonesia.

“Saat itu, populasi terbanyak ada di desa Hulosobo, karena harganya tinggi, maka peternak Hulosobo berlomba-lomba menjual Kambing Peranakan Etawanya yang berkualitas bagus,” ujarnya.

Sayangnya, kata Supriyono, mereka tak menyisakan pejantan Etawa yang bagus, sehingga makin sedikitlah populasi kambing Ras Kaligesing di Hulosobo.

“Desa dengan populasi peranakan Etawa terbanyak pada saat itu, sekarang populasinya justru kalah dengan desa-desa tetangganya, Pandanrejo, Tlogoguwo atau Kaligono sebagai penghasil Peranakan Etawa terkenal,” imbuhnya.

Untuk itu, ia berharap sekaligus menghimbau kepada masyarakat khususnya di di Kecamatan Kaligesing untuk mengembangkan kambing tersebut.

Lanjutnya, sebagai upaya untuk mengembangkan kambing jenis ini, pemerintah desa atau kelompok tani bisa melakukannya.

“Melalui dana desa, Pemerintah Desa bisa mengusulkan untuk mengalokasikan pembelian kambing kaligesing untuk dihibahkan ke warganya, sebagai program ketahanan pangan. Sedangkan kelompok kelompok tani bisa mengajukan bantuan ternak melalui dana aspirasi anggota anggota dewan,” terangnya.

Dalam hal ini, Supriyono menginginkan kwalitas kambing Peranakan Etawa Kaligesing khususunya di Kecamatan Kaligesing terus ditingkatkan.

Sebab, ia meyakini prospek berternak kambing sangat bangus dan bisa menjadi salah satu penopang ekonomi warga.

“Saya ingin meningkatkan kwalitas kambing Peranakan Etawa Kaligesing khususunya di Kecamatan Kaligesing ini sehingga sebanding dengan peningkatan kualitas ekonomi. Kalau dulu, anakan kambing hanya dihargai Rp1 juta, sekarang bisa menjadi Rp 1,5 sampai 2 juta. Jadi signifikan sekali,” pungkasnya.(Fauzi)