Portal Jateng

Antara Tradisi dan Pengrajin Golok-Golok Mentok

38
×

Antara Tradisi dan Pengrajin Golok-Golok Mentok

Sebarkan artikel ini
Antara Tradisi dan Pengrajin Golok-Golok Mentok
Salah satu toko aneka jenis anyaman bambu di tepi jalan Desa Jepang-Gulang (Foto : Suprapto/Portal Indonesia)

KUDUS – Dalam rangka memperingati Maulud Nabi Muhamad SAW, di sejumlah kalangan di Kabupaten Kudus menggelar tradisi Golok Golok Mentok (GGM). Salah satu diantaranya Pondok Pesantren Roudlotul Mutaalimat dan Persatuan Remaja Islam (Paris) Putri Dukuh Jetak, Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus Senin malam (18.10/2021).

Tradisi GGM itu sendiri bagi sebagian besar masyarakat Kota Kretek kurang dikenal. Dibanding tradisi dhandhangan( dandangan), buka luwur dan kupatan.”
Sampai saat ini saya hanya tahu kegiatan itu dari kebiasaan masyarakat. Itu saja di daerah daerah tertentu,” jawab Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas kebuadyaan dan arwisata ( Disbupar) Kudus, Mutrikah (Tika), menjawab pertanyaan Portal Indoensia GGM itu apakah tradisi/budaya asli Kabupaten Kudus.

Sedang bagi pengrajin anyam-anyaman bambu di Desa Jepang Kecamatan Mejobo (Kudus), GGM itu sendiri menjadi salah satu peluang untuk mendapatkan rejeki. Meski hanya setahun sekali Sebab sebagian besar peralatan GGM dibuat di sentra anyaman bambu tersebut.

Peralatan yang dimaksud adalah tempat untuk menaruh aneka macam “jajanan” tradisional. Seperti nogosari, bugis, timus, onde onde, jadah, wajik. Namun juga ada jajanan “masa kini” yang telah terbungkus rapi.

Sedang bentuknya mirip keranjang atau besek dengan warna warni menarik. serta berbagai ukuran – kecil-menengah dan besar. Sebagian besar dari bahan baku bambu, ditambah sebagian kecil ( upaya modifikasi agar lebih menarik konsumen) dari bahan rotan dan plastik serta diproduksi melalui “kerajinan” tangan.

“Untuk ukuran terkecil- seperti ini harganya hanya Rp 15.000 per 10 buah. Sedang lainnya bervariasi Rp 25.000 — Rp 50.000. Cukup lumayan yang terjual kali ini,” ujar Bu Mus, pemilik toko aneka jenis anyaman bambu di tepi jalan raya Desa Jepang – Gulang, Selasa (19/10/2021) siang.  (Suprapto)

PULAR

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *