Kanker usus besar merupakan salah satu jenis kanker yang cukup sering dialami oleh manusia. Meskipun termasuk ke dalam jenis penyakit yang mematikan, tetapi kabar baiknya, kanker usus besar dapat dicegah dan disembuhkan jika terdeteksi sejak dini. Salah satu cara paling efektif untuk mendeteksi kanker jenis ini adalah dengan prosedur kolonoskopi. Prosedur pemeriksaan kolonoskopi merupakan tes medis untuk memeriksa seluruh bagian dalam usus besar Anda, termasuk kolon dan rektum. Diperlukan rekomendasi dan pengawasan dari dokter spesialis gastroenterologi. Baca selengkapnya ulasan di bawah ini untuk mengenal lebih jauh tentang prosedur dan hasil kolonoskopi.
Sekilas Tentang Kanker Usus Besar
Usus besar adalah bagian terakhir dari sistem pencernaan dalam tubuh. Usus besar bertugas untuk menyerap vitamin dan cairan, membuat antibodi untuk mencegah infeksi, dan membentuk feses sebelum akhirnya mencapai anus untuk dikeluarkan. Salah satu penyakit yang bisa menyerang usus besar adalah kanker usus besar (colon cancer/colorectal cancer). Kanker usus besar adalah pertumbuhan sel yang terjadi secara abnormal di bagian kolon, bagian pertama dan paling panjang dari usus besar. Meskipun bisa terjadi pada semua usia, kanker usus besar biasanya menyerang orang dewasa atau lansia.
Dilansir dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Global Cancer Observatory (Globocan) pada tahun 2020, tercatat ada sekitar 9.503.710 kasus kanker baru dengan jumlah kematian akibat kanker di Asia yang mencapai angka 5.809.431. Di Indonesia sendiri, kanker usus besar menduduki peringkat ke-5 angka kematian akibat kanker. Lebih rinci, terdapat sebanyak 34.189 kasus kanker usus besar yang menyerang pria di Indonesia. Hal ini membuat kanker usus besar menduduki peringkat ke-2 jenis penyakit yang sering menyerang pria, setelah kanker paru-paru dengan total 34.783 kasus.
Kanker usus besar biasanya dimulai dalam bentuk gumpalan sel (tumor) kecil yang tumbuh di dinding usus besar, atau disebut juga dengan polip usus. Ukuran polip ini bisa bervariasi, mulai dari 1 mm – 15 cm. Mayoritas polip usus biasanya bersifat jinak ketika masih ada di tahap awal. Namun, seiring berjalannya waktu, polip dapat berubah dan berkembang menjadi sel kanker. Deteksi dini dan penanganan medis yang tepat sangat berpengaruh terhadap prognosis penyakit ini karena gejalanya yang terbilang minimal dan mirip dengan gangguan kesehatan usus lainnya..
Prosedur Kolonoskopi untuk Mendeteksi Kanker Usus Besar
Kolonoskopi adalah prosedur medis yang secara khusus hanya bisa dilakukan oleh dokter gastroenterologi, dokter yang secara khusus menangani berbagai masalah pada saluran cerna, hati, empedu, pankreas, dan usus besar. Pemeriksaan kolonoskopi biasanya akan memakan waktu sekitar 30-60 menit. Saat kolonoskopi dilakukan, dokter akan memakai kolonoskop, sebuah alat diagnostik yang berbentuk seperti tabung tipis bersifat lentur, dan memiliki kamera kecil di ujungnya. Kamera ini akan mengirimkan gambar secara langsung ke layar monitor, sehingga dokter dapat melihat kondisi usus besar secara langsung. Selain itu, bagian ujung kolonoskop juga dilengkapi dengan lampu, pompa air (water jet) untuk membersihkan kotoran di dalam usus dengan air, saluran air dan udara, dan jalur keluarnya instrumen medis, seperti penjepit kecil (tiny forcep), lingkaran kawat (wire loop), atau jerat (snare).
Saat menjalani kolonoskopi, dokter juga memberikan obat bius dan memposisikan Anda tidur menyamping agar merasa nyaman. Kemudian, dokter akan memasukkan kolonoskop dengan hati-hati ke dalam usus besar Anda melalui anus untuk memeriksa keberadaan polip, mulai dari rektum, naik ke usus besar/kolon, hingga akhirnya mencapai bagian usus buntu (sekum). Karena sifatnya yang lentur, kolonoskop bisa menekuk untuk menyesuaikan diri dengan bentuk usus. Terkadang, dokter juga akan menekan perut atau meminta Anda berganti posisi untuk memudahkan pergerakan kolonoskop. Jika lorong usus besar dirasa terlalu sempit, dokter akan mengalirkan udara dari ujung kolonoskop untuk melebarkannya. Hal ini bisa menyebabkan kram pada perut atau sensasi begah, tetapi akan reda saat Anda mengambil nafas dalam-dalam.
Selain melihat lokasi polip, jika diperlukan, dokter juga dapat mengambil sampel jaringan polip untuk pemeriksaan lebih lanjut (biopsi). Polip inilah yang seringkali menjadi cikal bakal terjadinya kanker usus besar. Salah satu teknik biopsi yang sering dilakukan untuk biopsi polip berukuran 1 cm adalah snare polypectomy. Teknik ini dilakukan dengan cara memasukkan polip ke dalam lingkaran jerat kawat (snare) panas sampai ke pangkal, dan kemudian pangkal polip diangkat dengan cara dibakar. Anda tidak akan merasakan sakit saat pengangkatan polip karena tidak ada saraf yang terdampak di dalamnya.
Persiapan Sebelum Kolonoskopi
Sebelum menjalani kolonoskopi, seorang pasien perlu menjaga kebersihan usus besar. Hal ini akan memudahkan dokter untuk melihat dan mengevaluasi kondisi usus besar Anda secara menyeluruh. Biasanya, beberapa hari sebelum menjalani prosedur ini, Anda akan diminta untuk melakukan beberapa persiapani kolonoskopi, seperti:
- Diet khusus: beberapa hari sebelum prosedur, Anda akan diminta untuk mengonsumsi makanan berserat rendah dan menghindari makanan padat.
- Obat pencahar: Anda akan diberikan obat pencahar untuk membersihkan usus besar.
- Puasa: Anda perlu berpuasa selama beberapa jam sebelum menjalani prosedur ini.
Kapan Harus Menjalani Kolonoskopi?
Secara umum, terdapat dua kelompok yang disarankan untuk menjalani kolonoskopi, yaitu individu berusia 50 tahun ke atas (average risk) dan mereka yang pernah mengalami atau memiliki riwayat keluarga dengan kanker usus besar (increase risk). Kolonoskopi biasanya juga akan direkomendasikan jika tes lain menunjukkan perlunya pemeriksaan lanjutan. Beberapa tes meliputi:
- Barium enema: memasukkan campuran cairan Barium dan udara ke dalam anus untuk kemudian diambil foto rontgen.
- CT colonography: disebut juga dengan kolonoskopi virtual, cara ini dilakukan tanpa memakai kolonoskop, tetapi menggunakan alat pencitraan seperti CT scan.
- Tes darah samar feses (FOBT): memeriksa adanya darah di dalam feses.
- Fecal immunochemical test (FIT): tes ini dipakai untuk mendeteksi darah tersembunyi di dalam feses dari usus bagian bawah dan cenderung lebih akurat daripada tes darah.
- Sigmoidoskopi: berbeda dengan kolonoskopi yang melihat seluruh bagian usus besar, sigmoidoskopi hanya memeriksa bagian kolon sigmoid (bagian bawah usus besar yang bertugas untuk menyimpan feses hingga siap dikeluarkan).
Hasil Kolonoskopi dan Tindak Lanjut
Setelah prosedur selesai, Anda akan dibiarkan beristirahat sampai efek obat bius hilang dan tidak diperbolehkan melakukan aktivitas berat selama sekitar 24 jam ke depan. Dokter kemudian akan menjelaskan hasil kolonoskopi dan kondisi usus besar kepada Anda. Frekuensi melakukan kolonoskopi akan disesuaikan dengan usia, riwayat kesehatan, dan faktor risiko lainnya. Secara khusus, jika Anda termasuk dalam kategori increase risk, Anda perlu menjalani kolonoskopi 10 tahun lebih awal dari usia ketika anggota keluarga terdeteksi memiliki kondisi ini. Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan jadwal kolonoskopi yang tepat untuk Anda.
Kesimpulan
Kolonoskopi adalah prosedur yang aman dan efektif untuk mendeteksi kanker usus besar sejak dini. Dengan kolonoskopi, risiko seseorang terkena kanker usus besar bisa diminimalisir. Oleh karena itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter gastroenterologi jika Anda memiliki gejala kanker usus besar atau jika Anda termasuk dalam kelompok berisiko tinggi terkena penyakit ini.