Portal Jatim

Jejak Airlangga di Wringinpitu, Menelusuri Bendungan Kuno

Redaksi
×

Jejak Airlangga di Wringinpitu, Menelusuri Bendungan Kuno

Sebarkan artikel ini

SIDOARJO — Sebuah temuan di Dusun Wringin Pitu Desa Bakalan Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo berupa Batu bata kuno yang ditemukan di area makam keluarga warga setempat diduga merupakan situs purbakala.

Situs Batu bata kuno ini diduga ada kaitannya dengan sejarah Kerajaan Kahuripan di masa Prabu Airlangga. Nama “Wringinpitu” sering dikaitkan dengan Prasasti Sapta Waringin, yang menyebutkan sejumlah lokasi penting di kawasan Naditira Pradesa.

Sementara itu Dusun Wringinpitu berada dekat aliran Sungai Mas, salah satu anak Sungai Brantas. Di sepanjang aliran sungai ini terdapat nama-nama tempat yang mengingatkan pada lokasi-lokasi di Naditira Pradesa, seperti Canggu, Serbo (Sarbha), Penambangan (Panumbangan), dan Jeruk Legi (Jruk). Transformasi nama-nama ini menjadi nama desa atau dusun menunjukkan jejak sejarah yang masih relevan hingga kini.

Dusun Wringinpitu sendiri memiliki potensi sebagai lokasi bendungan kuno atau infrastruktur irigasi era Airlangga. Bukti tambahan berasal dari Dusun Bakalan, yang terletak bersebelahan, di mana kini terdapat dam pengairan modern yang mungkin menggantikan peran sistem irigasi kuno.

Menurut Warga Saiman Jumat ( 06/12/2024) Wringinpitu menyebut adanya makam keluarga Pondok yang memiliki sejumlah batu andesit menyerupai lingga dan bata kuno yang digunakan sebagai pagar. Penemuan pondasi kuno serta struktur kanal ketika warga membangun rumah semakin memperkuat dugaan bahwa kawasan ini menyimpan jejak peradaban kuno.

Di masa lalu terdapat tujuh pohon beringin di Dusun Wringinpitu, sesuai dengan nama “Wringinpitu” yang berarti “tujuh beringin.” Meski pohon-pohon ini sulit dilacak keberadaannya kini, fakta ini menambah daya tarik historis dusun tersebut.

Dusun Wringinpitu juga berdekatan dengan Desa Suwaluh, sebuah kawasan yang dikenal kaya akan jejak sejarah. Di desa ini terdapat Masjid Agung Purboyo dan berbagai peninggalan peradaban masa lampau. Keterkaitan antara kedua kawasan ini semakin menguatkan dugaan adanya sistem irigasi atau bendungan kuno yang berfungsi untuk mendukung kehidupan agraris di masa Kerajaan Kahuripan.

Baca Juga:
Pemkab Sidoarjo Siap Dukung Program Contract Farming DKI Jakarta dengan Jawa Timur

Selain itu Suyitno, salah satu tokoh masyarakat Desa Bakalan Wringin Pitu, keberadaan batu bata kuno ini sebenarnya bukan hal baru. “Menurut cerita dari tetua desa, batu bata ini sudah ada sejak dulu. Bahkan, sekitar empat tahun lalu, tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur pernah datang ke sini,” ungkapnya.

Selain itu, tim ahli dari Yogyakarta juga sempat melakukan kunjungan, namun hingga kini belum ada tindak lanjut resmi terkait temuan tersebut. “Karena lokasi ini berada di area makam keluarga, pihak desa belum bisa melakukan apa-apa, apalagi belum ada pembebasan lahan,” tambah Suyitno.

Penemuan ini menimbulkan banyak spekulasi di kalangan masyarakat. Beberapa menduga bahwa batu bata tersebut merupakan bagian dari struktur bangunan kuno, seperti candi atau situs penting lainnya dari masa klasik. Ukuran dan karakteristik batu bata yang besar dan tebal khas dengan peninggalan Era Majapahit atau Kahuripan

Salah satu hambatan utama dalam pengembangan situs ini adalah status kepemilikan lahan. Karena area penemuan berada di lokasi makam keluarga, dibutuhkan proses pembebasan lahan yang memerlukan koordinasi dengan pihak keluarga pemilik dan pemerintah desa.

“Harapan saya ke depan, agar Perda Cagar Budaya di Sidoarjo ini bisa segera disahkan. Dengan adanya Perda, renovasi situs-situs bersejarah bisa segera dilakukan dan warisan budaya kita dapat diselamatkan,” ungkap salah satu tokoh masyarakat.

Ia menambahkan bahwa sejarah adalah akar dari kehidupan saat ini. “Kita yang hidup di zaman sekarang harus tahu asal muasal kehidupan. Ini sangat penting, tidak hanya untuk kita, tetapi juga untuk anak cucu kita. Jangan sampai budaya kita diambil atau dilupakan orang lain,” katanya.

Baca Juga:
Aliansi GeRAM Luruk Kantor Bupati Pasuruan, Tuntut Proses Lelang Revitalisasi Pasar Cheng Hoo 'Tidak ada Main'

Sidoarjo, sebagai salah satu wilayah yang kaya akan sejarah memiliki banyak situs yang merepresentasikan kebudayaan masa lampau. Namun, banyak dari situs ini yang kondisinya memprihatinkan dan rentan terhadap kerusakan.

“Ini kesempatan bagi kita untuk menjaga dan melestarikan sejarah. Jangan sampai situs-situs ini rusak atau hilang begitu saja,” harapnya lagi dengan penuh optimisme.

Pengesahan Perda Cagar Budaya diharapkan dapat menjadi solusi untuk memperkuat perlindungan terhadap warisan sejarah Sidoarjo. Langkah ini bukan hanya sekedar formalitas, tetapi juga bentuk tanggung jawab generasi saat ini untuk masa depan.