YOGYAKARTA – Ketua Komisi A DPRD D.I. Yogyakarta Eko Suwanto menilai pentingnya berdemokrasi guna meraih kemenangan di pilkada serentak lewat cara jujur dan bermartabat. Sikap jujur dan patuh pada etik moral menjadi pondasi yang baik guna meraih kepercayaan rakyat, menang di pilkada.
“Pilkada ini kerja politik, saatnya berlomba merebut hati dan pikiran dengan menawarkan ide, gagasan, program kegiatan untuk merebut kepercayaan rakyat,” kata Eko Suwanto dalam dialog kepada awak media, Selasa (5/11/2024).
Menanggapi hasil survei yang dilakukan Ikatan Pemuda Penggerak Desa Indonesia (IPDA) yang disebut kontroversi, bau propaganda dan patut dipertanyakan validitas dan basis ilmiah metodologi pelaksanaannya.
Sebagaimana termuat di sejumlah media, IPDA yang tidak terdaftar dalam Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) merilis hasil survei Pilkada Kota Yogyakarta yang datanya diambil tanggal 21 s/d 25 Oktober 2024 dengan klaim jumlah responden 1200.
Menurut Eko, penggiringan opini oleh paslon tertentu ini, dengan mempertontonkan hasil survei oleh lembaga yang bukan anggota Persepi menjadi pertanyaan publik. “Tidak ada data yang secara terbuka disampaikan ke publik selain angka-angka. Masyarakat Yogya berharap lembaga ini secara jujur membuka metode, responden dan mengungkap jujur siapa yang mendanai survei ini” katanya.
Tentang survei yang disampaikan dalam rilis berita sebelumnya, Eko Suwanto menyatakan ada beberapa pertanyaan yang menggelitik, setelah mempelajari berita dan menggali informasi dari beberapa pihak. “Catatan saja, IPDA bukanlah lembaga survei yang tercatat dan menjadi anggota Persepi, perkumpulan survei opini publik Indonesia,” ungkap Eko.
Sejumlah kejanggalan dan pertanyaan diantaranya disebutkan jumlah responden 1.200. Di dalam publikasi survei juga tak dilakukan secara terbuka dalam forum ilmiah.
“Belum ketemu, barangkali ada kawan-kawan yang terima laporan survei. Ada pertanyaan mengapa tidak ada satu ruang yang menjelaskan misalnya lewat dialog terbuka, pengumuman lewat jumpa pers,” katanya.
Survei yang baik, tuturnya lanjut, tentu butuh metode ilmiah dan akademik. Kejanggalan lainnya juru bicara salah satu paslon di kota yang menanggapi hasil survei ini diindikasikan juga salah satu aktivis dari lembaga yang lakukan survei. “Jika ini benar, wah.. ya tidak obyektif,” ucapnya.
Ditegaskan bahwa masyarakat Yogyakarta sudah cerdas dalam menentukan pilihan dan memilah informasi.
Karena itu berkait dengan survei pilkada, harus jujur, lembaga harus jelaskan ke publik dibiayai atau mandiri. Karena hasilnya dipublikasikan, termasuk menjelaskan metodenya seperti apa.
“Ilmiah atau tidak. Kita juga mencari tahu jumlah responden 1.200 di mana saja, bagaimana verifikasi data dan seterusnya. Silakan dibuka,” pungkas Eko. (bams)