MOJOKERTO – Terletak di hamparan sawah subur di Dusun Kesiman, Desa Kesiman Tengah, Mojokerto, Candi Kesiman Tengah menyimpan sejarah panjang yang masih hidup hingga kini.
Meski akses menuju candi ini hanya bisa dijangkau dengan sepeda motor dan dilanjutkan dengan berjalan kaki, pengunjung tetap terpikat oleh pesonanya.
Kasiyem, warga setempat, menyampaikan bahwa candi ini pernah menjadi tempat peribadatan Hindu pada abad ke-14. “Ini adalah tempat ibadah Hindu Majapahit. Bahkan sekarang, umat Hindu masih berkunjung untuk bersembahyang,” ungkapnya.
Candi ini memiliki ukuran yang mengesankan dengan panjang 10,2 meter, lebar 7,2 meter, dan tinggi 4,5 meter. Meskipun atap candi telah hilang, bagian kaki candi tetap terjaga utuh, dengan dua tangga yang membawa pengunjung menuju bagian atas candi. Struktur arsitekturnya menunjukkan kemiripan dengan Candi Jago dan Candi Naga di kompleks Candi Panataran.
Salah satu daya tarik utama Candi Kesiman Tengah adalah relief yang menggambarkan kisah Samudramanthana, mitologi Hindu tentang pengadukan lautan susu untuk mencari amerta, air kehidupan. Relief ini menandakan bahwa candi didedikasikan untuk pemujaan Dewa Wisnu, sesuai ajaran Hindu Waisnawa.
Selain itu, relief Garuda dengan sayap terbentang, membawa ular di punggungnya, juga menjadi bagian penting dari cerita Samudramanthana. Pahatan ini melambangkan pencarian air suci yang sangat dihormati dalam mitologi Hindu.
Tak hanya Samudramanthana, relief lainnya juga menambah kekayaan candi ini, seperti relief kelinci yang melambangkan bulan, Kinari-Kinara—makhluk setengah manusia setengah burung—dan Gana, yang menggambarkan sosok putri dengan tubuh setengah binatang. Setiap pahatan memiliki makna mendalam, mencerminkan harmoni dan penjagaan alam semesta.
Salah satu fitur menarik lainnya dari candi ini adalah dua lubang yang dikenal sebagai “Gerbagerhana,” yang digunakan untuk upacara ritual dan meditasi. Hingga saat ini, tempat tersebut masih dipakai oleh masyarakat untuk semedi, melanjutkan tradisi spiritual dari masa ke masa.
Candi Kesiman Tengah bukan hanya sebuah peninggalan sejarah, tetapi juga pusat spiritual yang tetap menjaga warisan budaya Hindu-Buddha dari masa kejayaan Majapahit.
Dengan semua keunikan dan nilai sejarahnya, candi ini terus menarik perhatian arkeolog, peneliti, dan wisatawan yang ingin merasakan jejak masa lalu yang masih hidup di tanah Jawa.